Sabtu, 05 April 2025

Tafsir Surat Al-Jinn Ayat 6: Bahaya Meminta Bantuan pada Jin

Silahkan bagikan :
۞ السَّــــــلاَمُ عَلَيْــــــكُمْ وَرَحْمَــةُ اللــــهِ وَبَرَكَاتُــــــــــهُ ۞
۞ بســـــــــــــم اللّـــه الرّحمٰن الرّحيـــــــــــــم ۞
-----------------------------------------------------------------------


Surat Al-Jinn ayat 6 menggambarkan fenomena di mana sebagian manusia mencari perlindungan dan bantuan dari para jin. Dalam kepercayaan mereka, jin-jin ini memiliki kemampuan untuk memberikan perlindungan atau memenuhi permintaan manusia. Namun, tindakan ini menunjukkan bahwa manusia yang melakukannya telah tersesat dari jalan yang lurus. Pasalnya, mereka memilih untuk mengandalkan kekuatan yang ghaib dan tidak terlihat, bukan kepada Allah swt sebagai satu-satunya sumber perlindungan yang sejati dan maha kuasa.

Simak firman Allah SWT berikut:


وَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْاِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًاۖ


Wa annahū kāna rijālun minal insi ya‘ūżūna birijālin minal-jinni fa zādūhum rahaqā(n).


Artinya: "Sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari (kalangan) manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin sehingga mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat."


Tafsir Al-Misbah

Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, Jilid XIV, halaman 489 menjelaskan bahwa ayat 6 Surat Al-Jinn, dengan mengutip Al-Biqa'i, merupakan kelanjutan dari ucapan para jin setelah mereka mendengarkan ayat Al-Qur'an. Ayat sebelumnya telah menjelaskan bahwa kesesatan bersumber dari prasangka dan keraguan yang seharusnya mudah ditepis dengan perenungan. Kini, ayat ini menambahkan penyebab kesesatan lain, yaitu berpegang teguh pada hal-hal yang bersifat indrawi, khayalan, dan waham.


Secara garis besar, ayat ini menyatakan bahwa ada sekelompok manusia yang memiliki pengaruh dan kekuatan, namun mereka justru berlindung kepada jin karena rasa takut dan ingin melindungi diri dan kepentingan mereka. Jin-jin yang dimintai pertolongan ini justru menambah kesulitan, kesempitan, dan dosa bagi mereka yang meminta perlindungan. Para jin tersebut mengira, seperti anggapan para jin dan kaum kafir Makkah, bahwa Allah tidak akan membangkitkan manusia setelah kematian dan tidak akan mengutus rasul.


Lebih jauh lagi, ayat ini menunjukkan bahwa ada manusia yang berlindung kepada jin karena takut atau ingin mendapatkan keuntungan tertentu. Perbuatan ini salah dan justru akan menambah kesesatan mereka. "Jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS Al-Jinn: 6).


Jin yang dimintai pertolongan tidak membantu menyelesaikan masalah, tetapi malah menambah dosa dan kesalahan bagi mereka yang meminta pertolongan. Para jin dan kaum kafir Makkah memiliki kesamaan dalam keyakinan mereka, yaitu tidak percaya kepada kebangkitan dan kerasulan. Keyakinan ini keliru dan bertentangan dengan ajaran Islam.


Lebih lanjut, kata "يَعُوْذُوْنَ" (ya'udzuna) berasal dari kata عُوْذُ ('udzu) yang berarti berlindung untuk menghindari gangguan atau bahaya. Pada zaman dahulu, kaum Musyrikin sering merasa ketakutan akan gangguan makhluk halus ketika berada di tengah perjalanan atau berhenti di tempat sepi. Mereka meminta perlindungan kepada "penguasa" tempat tersebut yang dipercayai sebagai jin atau makhluk halus, sehingga mereka memohon perlindungan bukan kepada Allah, melainkan kepada jin.


Islam datang mengecam perilaku tersebut dengan memerintahkan umat untuk hanya memohon perlindungan kepada Allah swt. Islam mengajarkan berbagai doa yang sebaiknya dibaca pada saat-saat tertentu untuk menanamkan rasa percaya diri dan menghubungkan jiwa dengan Allah swt. Misalnya, Nabi Muhammad saw mengajarkan umatnya untuk memohon perlindungan Allah ketika akan memasuki kamar kecil (WC) dengan membaca doa "Allahumma inni a'udzu bika min al-khubutsi wa al-khaba'itsi" (HR. Bukhari, Muslim dari Anas Ibn Malik). Selain itu, ketika akan melakukan hubungan suami istri, dianjurkan membaca doa "Allahumma jannibna asy-syaithan wa jannibi asy-syaithan ma razaqtana" (HR. Bukhari, Muslim dari Ibn ‘Abbas).


Ibn ‘Asyur memahami kata "ya'udzuna" sebagai tindakan mengarah dan menoleh kepada jin, yaitu orang-orang yang menyembah jin karena takut akan gangguannya. Hal ini serupa dengan praktik di zaman modern, di mana beberapa orang memberikan sesaji seperti kepala kerbau saat membangun jembatan karena takut gangguan dari makhluk halus atau "penghuni tempat". Islam menolak tindakan-tindakan tersebut dan mengajarkan umatnya untuk selalu bergantung dan memohon perlindungan hanya kepada Allah swt.


Sementara itu, bahwa kata ( رَهَقًاۖ) "rahaqan" yang digunakan dalam ayat ini berasal dari kata ( رَهَقً) "rahaqa" yang pada dasarnya berarti meliputi sesuatu dengan keras serta keterpaksaan. Dalam konteks ayat ini, "rahaqan" dimaknai sebagai kondisi yang penuh dengan kesulitan, kesempitan, dosa, dan siksa yang dialami akibat kesesatan. Ini menggambarkan akibat buruk yang akan dialami oleh orang-orang yang terjerumus dalam kesesatan dan perbuatan dosa.


Para ulama menekankan bahwa memohon bantuan kepada jin adalah tindakan yang akan membawa dampak negatif bagi pelakunya. Meskipun seseorang yang meminta bantuan jin mungkin tampak bahagia pada awalnya, namun akhirnya dia akan mengalami kehidupan yang penuh dengan kesulitan dan kesengsaraan. Kebahagiaan yang dialami hanyalah sementara dan akan digantikan oleh penderitaan dan dosa yang menumpuk akibat perbuatannya tersebut.


Dengan demikian, tafsir ini memperingatkan manusia untuk tidak mencari bantuan dari jin karena meskipun tampak menguntungkan pada awalnya, pada akhirnya hanya akan membawa penderitaan dan kesengsaraan. Akibat dari perbuatan tersebut adalah hidup yang dipenuhi dengan kesulitan dan dosa, yang pada akhirnya akan menimpa mereka dengan berat. Ulama menggarisbawahi bahwa semua orang yang memohon bantuan jin tidak akan meninggal dunia kecuali setelah mengalami kesulitan dan kesengsaraan dalam hidup mereka.


Tafsir Al-Munir

Sementara itu, Syekh DR. Wahbah Zuhaily dalam kitab Tafsir Al-Munir, Jilid XXIX, halaman 160 menjelaskan asbabun nuzul Surat Al-Jinn ayat 6 yang berkaitan dengan kebiasaan masyarakat Arab pra-Islam yang berlindung kepada jin ketika merasa takut atau membutuhkan perlindungan di malam hari.


Abu Raja', seorang sahabat Nabi, menceritakan bahwa dia menyaksikan ayat ini (وَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْاِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ) diturunkan mengenai dirinya dan para sahabatnya. Kebiasaan ini cukup umum di antara mereka sebelum datangnya ajaran Islam.


Lebih lanjut, Abu Raja' juga mengisahkan bahwa ketika Nabi Muhammad diutus, dia dan keluarganya hidup dalam keadaan cukup, dan dia merasa bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan mereka. Saat mendengar ajaran Islam, mereka merasa terguncang dan memutuskan untuk melarikan diri. Mereka berakhir di sebuah tanah lapang, dan saat malam tiba, pemimpin mereka biasanya mengatakan, "Kami berlindung pada jin agung lembah ini malam ini," dan mereka pun mengucapkannya.


Namun, setelah mendengar tentang ajaran Islam yang mengajarkan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya, mereka mulai mempertanyakan kebiasaan lama mereka. Mereka diberitahu bahwa siapa saja yang mengakui kebenaran Islam, darah dan hartanya akan aman. Hal ini mendorong mereka untuk kembali dan menerima Islam sebagai agama mereka, meninggalkan kebiasaan berlindung kepada jin.


Abu Raja' kemudian menyadari bahwa ayat ini benar-benar relevan dengan pengalaman dirinya dan para sahabatnya. Dengan masuknya mereka ke dalam Islam, mereka belajar bahwa hanya kepada Allah-lah mereka seharusnya berlindung, bukan kepada jin atau makhluk lainnya. Inilah yang membuat mereka merasakan perubahan mendalam dalam keyakinan dan praktik spiritual mereka. [DR. Wahbah Zuhaily, Tafsir Al-Munir, Jilid XXIX, [Beirut: Darul Kutub Mu'ashirah, 1991], halaman 160].


Lebih lanjut, menurut Dr. Wahbah Zuhaily dalam kitab Tafsir Munir, tafsir Surat al-Jinn ayat 6 menjelaskan bahaya dari ketergantungan manusia terhadap jin. Dengan memohon perlindungan kepada mereka, manusia tidak hanya berisiko untuk dijadikan sebagai alat oleh jin-jin tersebut, tetapi juga berpotensi untuk tersesat dan terjerumus dalam perbuatan-perbuatan dosa dan durhaka. Jin-jin bisa memanfaatkan ketergantungan ini untuk menguasai manusia dan mengarahkannya ke arah yang tidak benar, menjauhkannya dari ketundukan kepada Allah dan meningkatkan kerentanan terhadap godaan syaitan.


Tak heran, selama ini manusia beranggapan bahwa jin memiliki keutamaan dan kekuatan yang lebih dari mereka. Pandangan ini menyebabkan sebagian manusia memohon perlindungan kepada jin ketika berada di tempat-tempat yang mereka anggap angker atau kosong. Dr. Wahbah Zuhaily menyoroti bahwa perbuatan tersebut hanya membuat para jin merasa semakin sombong, bodoh, dan sesat. Mereka menjadi semakin menyimpang dari jalan yang benar dan malah melakukan dosa.


Praktik meminta perlindungan kepada jin ini sangat umum di kalangan orang Arab dahulu. Ketika seseorang turun ke sebuah lembah, mereka sering kali mengucapkan permohonan perlindungan kepada pemimpin jin di daerah tersebut. Mereka mengatakan, "Aku berlindung pada baginda lembah ini dari kejelekan jin-jin bodoh dari kaumnya." Ritual ini dilakukan dengan harapan agar mereka terhindar dari gangguan jin selama bermalam di lembah tersebut.


Namun, Dr. Wahbah Zuhaily menjelaskan bahwa tindakan ini justru memberikan keberanian kepada jin untuk berbuat zalim kepada manusia. Dengan merasa dihormati dan dijadikan tempat berlindung, jin-jin tersebut semakin berani menunjukkan kekuasaan mereka atas manusia. Akibatnya, bukannya mendapatkan perlindungan, manusia justru semakin terjebak dalam ketakutan dan ketergantungan pada jin.


Menurut Dr. Wahbah Zuhaily, kebiasaan meminta tolong pada jin ini juga menunjukkan betapa jauhnya manusia dari pemahaman tauhid yang benar. Alih-alih berlindung kepada Allah, mereka malah mencari perlindungan kepada makhluk yang sebenarnya tidak memiliki kekuatan apa-apa tanpa izin Allah. Hal ini menggambarkan betapa sesatnya keyakinan yang mereka anut dan betapa perlunya pendidikan agama yang benar untuk mengembalikan manusia kepada jalan yang lurus.


أي كنا نرى أن لهم فضلا علينا، فكان بعض الإنس يستعيذ في القفار ببعض الجن، فزادوا رجال الجن طغيانا وسفها وغيّا وضلالا وإثما. وذلك أنه كان العرب إذا نزل الرجل بواد قال: أعوذ بسيّد هذا الوادي من شرّ سفهاء قومه، فيبيت في جواره حتى يصبح. وقد أدى هذا إلى اجتراء الجن على الإنس وظلمهم.


Artinya: "Artinya, kami melihat bahwa mereka memiliki kelebihan atas kami, sehingga beberapa manusia meminta perlindungan di padang pasir kepada beberapa jin, yang justru membuat para jin semakin melampaui batas, bertindak bodoh, sesat, dan berdosa. Hal ini terjadi karena orang-orang Arab, ketika seseorang tiba di sebuah lembah, dia berkata: 'Aku berlindung kepada pemimpin lembah ini dari kejahatan orang-orang bodohnya.' Maka dia bermalam dalam perlindungannya hingga pagi. Hal ini mengakibatkan jin semakin berani terhadap manusia dan menzalimi manusia," [DR. Wahbah Zuhaily, Tafsir Al-Munir, Jilid XXIX, [Beirut: Darul Kutub Mu'ashirah, 1991], halaman 162].


Tafsir Marah Labib

Sementara itu dalam kitab Tafsir Marah Labib, Jilid II, halaman571, Syekh Nawawi Banten mengatakan ayat 6 ini menjelaskan pada masa jahiliah, ada kebiasaan di kalangan manusia untuk mencari perlindungan dari jin ketika menghadapi situasi yang menakutkan atau berbahaya. Mereka meyakini bahwa jin memiliki kekuatan dan dapat memberikan perlindungan, terutama saat mereka melakukan perjalanan, berburu, atau turun ke lembah yang dianggap angker. Kepercayaan ini berakar dari rasa takut terhadap gangguan jin yang sering kali mengusik mereka.


Namun, berlindung kepada jin justru menambah kesulitan dan penderitaan bagi manusia. Jin-jin tersebut tidak hanya memberikan perlindungan, tetapi juga menambahkan beban dan kezaliman kepada manusia yang berlindung kepada mereka. Akibatnya, manusia yang seharusnya mencari perlindungan malah semakin tersesat dalam kebingungan dan ketakutan yang lebih besar. Ketergantungan ini membuat mereka semakin jauh dari kebenaran dan hanya melihat kebaikan semu dari perlindungan jin.


Hubungan timbal balik antara manusia dan jin ini semakin memperparah kesesatan keduanya. Manusia merasa aman dengan perlindungan yang diberikan jin, sementara jin menggunakan kesempatan ini untuk menambah pengaruh dan kontrol mereka. Dengan demikian, kepercayaan dan tindakan manusia untuk berlindung kepada jin bukan hanya tidak efektif, tetapi juga menambah tingkat kesesatan dan ketergantungan yang merugikan


وَأَنَّهُ أي الحديث كانَ رِجالٌ مِنَ الْإِنْسِ في الجاهلية يَعُوذُونَ أي يلتجئون بِرِجالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزادُوهُمْ رَهَقاً (٦) أي ظلما وذلك أنهم إذا سافروا سفرا، أو اصطادوا صيدا، أو نزلوا واديا خافوا من الجن لأنها تعبث بهم في بعض الأحيان فقالوا: نعوذ بسيد هذا الوادي من شر سفهاء قومه، فيأمنون بذلك ولا يرون إلا خيرا فتزيد الجن والإنس إضلالهم حتى استعاذوا بهم،


Artinya: "Bahwa dalam percakapan itu ada orang-orang dari manusia di masa jahiliah yang berlindung kepada orang-orang dari jin, maka jin-jin itu menambah mereka kesulitan (6), yaitu dengan kezaliman. Ketika mereka melakukan perjalanan, berburu, atau turun di lembah, mereka takut kepada jin karena jin kadang-kadang mengganggu mereka. Maka mereka berkata: 'Kami berlindung kepada penguasa lembah ini dari kejahatan orang-orang bodoh dari kaumnya,' sehingga mereka merasa aman dan tidak melihat apa pun kecuali kebaikan. Maka jin dan manusia menambah kesesatan mereka sampai mereka berlindung kepada jin." (Syekh Nawawi Al-Bantani, Tafsir Marah Labib, [Beirut: Darul Kutub al-'Ilmiyah, 1417 H], Jilid II, halaman 571).


Dengan demikian, ayat ini mencerminkan pentingnya untuk menjauhkan diri dari praktik-praktik yang mengandalkan pada kekuatan selain dari Allah swt. Manusia diingatkan untuk senantiasa mencari perlindungan dan petunjuk hanya kepada Allah, Sang Pencipta yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, agar terhindar dari pengaruh negatif dan dapat menjalani kehidupan dalam taat dan ketaatan kepada-Nya.


Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat


۞ الحمد لله ربّ العٰلمين ۞

-----------------------------------------------------------------------

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda di Website ini, semoga terkesan dan bermanfaat. Jangan lupa tinggalkan pesan, untuk perbaikan kami selanjutnya. Aamiin .......
۞ MEDIA - SOSIAL ۞