TUGU NOSARARA NOSABATUTU

Berlibur Bersama Ibunya Anak-anak

BERSAMA CUCU

Bersama Cucu, Alzaidan Syahid ... berlibur.

BERSAMA IBU DAN ANAK

Berlibur bersama Anak dan Ibunya Anak-anak.

BERDUA

Entah Apa Yang Direnungkan Waktu itu ...

NENEK dan CUCU

Alzaidan Syahid bersama Mamatuanya.

IBU, ANAK dan KEMENAKAN

Fitri dan Mamanya, bersama Azizah .

BERSAMA CUCU, ANAK dan KEMENAKAN

Alzaidan Syahid bersama Fitri dan Azizah.

IBU dan ANAK serta KEMENAKAN

Fitri Fajarwati dan Mamanya bersama Azizah.

NENEK dan CUCU

Alzaidan Syahid bersama Mamatuanya.

NENEK dan CUCU

Alzaidan Syahid bersama Mamatuanya.

Tampilkan postingan dengan label Legenda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Legenda. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 Juni 2025

Legenda Tadulako Bulili

 


Legenda Tadulako Bulili merupakan salah satu cerita rakyat yang beredar di tengah masyarakat Sulawesi Tengah. Legenda ini berkisah tentang dua orang pendekar sakti yang menjaga kehormatan daerah asalnya, sehingga disegani dan dihormati oleh setiap masyarakat.

Bagaimana kisah lengkap dari legenda Tadulako Bulili tersebut? Simak cerita lengkapnya dalam artikel berikut ini.

 

Legenda Tadulako Bulili

Dinukil dari buku Yusup Kristianto yang berjudul Cerita Rakyat Indonesia: 40 Cerita Rakyat Nusantara, dari Aceh sampai Papua, Disertai Lagu Anak, disebutkan bahwa tadulako merupakan sebutan bagi panglima perang. Kisah Tadulako bulili ini menceritakan tentang dua orang panglima perang yang memiliki kemampuan sakti dan disegani oleh masyarakat yang ada di daerah itu.

Pada zaman dahulu dikisahkan bahwa terdapat dua orang pendekar sakti yang berasal dari Desa Bulili, Sulawesi Tengah. Kedua pendekar ini bernama Bantili dan Mukeku.

Kedua tadulako ini dikenal dengan kemampuannya yang mumpuni. Kedua pendekar tersebut memiliki kemampuan yang sama hebatnya antara satu sama lain.

Berkat kemampuannya inilah, Bantili dan Mukeku diangkat sebagai tadulako di daerah Bulili. Mereka berdua bertugas untuk menjaga keamanan daerah asalnya tersebut.

Pada suatu hari tersiar kabar bahwa raja dari Kerajaan Sigi hendao mendatangi Desa Bulili. Kedatangan raja ini diketahui karena dirinya hendak menikahi salah seorang wanita yang berasal dari daerah tersebut.

Kabar ini tentu disambut baik oleh masyarakat Desa Bulili. Mereka pun mempersiapkan kedatangan sang raja dengan baik.

Ketika Raja Sigi datang, semua masyarakat Bulili menyambutnya dengan baik. Hal yang sama juga dilakukan oleh Bantili dan Mukeku sebagai tadulako di daerah tersebut.

Akhirnya acara pernikahan Raja Sigi diadakan dengan meriah. Setelah menikah, Raja Sigi menetap di Desa Bulili hingga sang istri mengandung anak mereka.

Ketika usia kandungan sang istri mendekati waktu kelahiran, Raja Sigi tiba-tiba berkata bahwa dia hendak kembali ke daerah asalnya. Raja Sigi berkata bahwa dia sudah terlalu lama tidak memimpin daerah asalnya tersebut.

Niat Raja Sigi ini tentu ditentang oleh sang istri. Sebab kandungannya sudah mendekati waktu kelahiran.

 

Namun Raja Sigi tetap ingin kembali ke daerah asalnya. Akhirnya sang istri hanya bisa pasrah dan melepas kepergian suaminya tersantebut.

Dirinya hanya bisa berharap bahwa Raja Sigi kembali lagi ketika dia hendak melahirkan. Namun perkiraan sang istri tidak terjadi di kemudian hari.

Ketika hari melahirkan makin dekat, Raja Sigi tidak kunjung balik ke Desa Bulili. Hal ini menimbulkan keprihatinan bagi masyarakat Desa Bulili.

Akhirnya mereka membantu istri Raja Sigi dalam proses melahirkan. Sebab bagaimanapun juga sang istri merupakan wanita yang berasal dari daerah mereka.

Proses kelahiran bisa berjalan dengan lancar. Ketika proses melahirkan ini selesai, masyarakat meminta kedua tadulako untuk menghadap Raja Sigi.

Mereka tidak ingin sang istri yang notabene warganya diremehkan begitu saja. Akhirnya Bantili dan Mukeku berangkat ke Kerajaan Sigi.

Sesampainya di Kerajaan Sigi, kedua Tadulako ini ternyata tidak disambut dengan hangat. Sang raja bertanya mengapa kedua tadulako ini pergi menemui dirinya.

Bantili dan Mukeku berkata bahwa dia diutus oleh istri raja. Mereka berkata bahwa anak sang raja sudah lahir dan membutuhkan asupan makanan bagi ibu dan anaknya.

Raja Sigi kemudian menyuruh kedua Tadulako itu untuk membawa lumbung makanan yang ada di kerajaannya. Dengan nada meremehkan, Raja Sigi berkata bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mengangkat lumbung tersebut.

Ajaibnya, Bantili dan Mukeku dengan mudah membawa lumbung makanan tersebut. Mereka kemudian langsung membawa lumbung makanan itu ke Desa Bulili.

Raja Sigi yang melihat hal ini tentu terkejut dan terkesima. Dia memerintahkan semua prajuritnya untuk mengejar kedua tadulako tersebut agar lumbung makanan mereka tidak dibawa begitu saja.

Namun usaha dari prajurit kerajaan ternyata sia-sia. Berkat kesaktiannya, Bantili dan Mukeku dengan mudah membawa lumbung padi tersebut dengan cepat ke daerah asal mereka.

Bantili dan Mukeku kemudian menyerahkan lumbung makanan tersebut kepada sang istri. Berkat usahanya tersebut, Bantili dan Mukeku akhirnya makin disegani dan dihormati sebagai Tadulako Bulili.



Sumber : DISINI

Legenda Sesentola dari Sulawesi Tengah, Kisah Pemuda yang Berhasil Mengalahkan Burung Garuda

 


Legenda Sesentola adalah salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Sulawesi Tengah. Legenda ini berkisah tentang seorang pemuda sakti yang mampu mengalahkan burung garuda.

Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda Sesentola tersebut? Temukan cerita lengkap dari legenda ini dalam artikel berikut.

 

Legenda Sesentola

Dinukil dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, dikisahkan pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami istri di pedalaman Sulawesi Tengah. Pasangan suami istri ini memiliki seorang anak yang bernama Sesentola.

Sesentola berbeda dengan anak pada umumnya. Dirinya memiliki kesaktian yang tidak mungkin dimiliki anak-anak sebayanya.

Sejak kecil Sesentola memiliki selera makan yang sangat tinggi. Dirinya mampu menghabiskan dua hingga tiga piring bubur dalam sekali makan.

Hal ini ternyata menjadi beban bagi kedua orang tua Sesentola. Sebab mereka juga hidup dalam taraf yang pas-pasan saja.

Sang ayah akhirnya menyerah dengan kondisi anaknya tersebut. Dirinya berniat untuk membunuh Sesentola karena tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhannya.

Ibu Sesentola sebenarnya menolak ide tersebut. Namun apa daya, ibu Sesentola hanya bisa mengikuti rencana sang ayah.

Pada suatu hari, sang ayah mengajak Sesentola ke sebuah sungai yang banyak buayanya. Sang ayah berkata bahwa mereka akan menjala ikan di sana.

Sesampainya di sana, sang ayah langsung melemparkan jala ke tengah sungai. Sang ayah kemudian menyuruh Sesentola untuk mengambil jala tersebut.

Ketika Sesentola tengah mengambil jala, sang ayah meninggalkannya. Ketika sampai di rumah, sang ayah menyebutkan bahwa Sesentola sudah dimakan oleh buaya.

Namun tidak lama kemudian Sesentola muncul di rumah sambil membawa seekor buaya. Dirinya berhasil pulang dengan selamat tanpa terluka sedikitpun.

Keesokan harinya, sang ayah kembali mengajak Sesentola pergi ke dalam hutan. Kali ini sang ayah menebang pohon beringin dan mengarahkan jatuhnya ke arah Sesentola.

 

Namun Sesentola lagi-lagi bisa selamat dengan mudah. Dirinya langsung memikul pohon beringin yang hampir menimpanya.

Melihat hal ini, Sesentola kemudian menyadari bahwa orang tuanya sudah tidak bisa memenuhi kebutuhannya lagi. Akhirnya Sesentola meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk pergi dari rumah.

Ibu Sesentola sebenarnya tidak sampai hati melepas kepergian anaknya. Namun kondisi keluarga membuat sang ibu mesti merelakan hal tersebut.

Meskipun demikian, sang ibu membekali Sesentola dengan sebuah panah bermata tiga dan cincin pusaka. Sesentola kemudian pergi mengembara tak tentu arah.

Suatu ketika, sampailah Sesentola di sebuah ibu kota kerajaan. Di sana dia bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Lemontonda.

Ternyata gadis ini merupakan putri dari raja yang berkuasa di kerajaan tersebut. Lemontoda berkata bahwa negerinya sedang diserang burung garuda yang membinasakan semua rakyat yang ada di sana.

Akhirnya Sesentola berniat untuk melawan burung garuda tersebut. Sebelum menyerang burung garuda, Sesentola berpesan agar Lemontoda merendam cincin pusakanya dan meneteskan air tersebut kepadanya jika dia pingsan nantinya.

Tidak lama berselang, Sesentola membidik garuda tersebut dengan panah yang dia miliki. Dalam sekejap, burung garuda tersebut terkena panah Sesentola dan jatuh tewas ke tanah.

Sayangnya Sesentola sempat terkena serangan dari burung garuda. Hal ini membuat dirinya jatuh pingsan.

Lemontoda kemudian menjalankan pesan Sesentola sebelumnya. Benar saja, Sesentola langsung siuman dari pingsannya ketika Lemontoda melakukan hal tersebut.

Dengan kesaktian yang dia miliki, Sesentola kemudian menghidupkan kembali semua rakyat yang meninggal akibat serangan burung garuda tersebut. Akhirnya Sesentola menikah dengan Lemontoda dan menjadi raja di daerah kerajaan itu.

Kisah Asal Usul Pohon Sagu dan Palem dari Sulawesi Tengah


Di Sulawesi Tengah terdapat sebuah cerita rakyat yang menceritakan tentang asal usul dari pohon sagu dan palem. Bagaimana kisah lengkap dari cerita rakyat tersebut?

Simak kisah asal usul pohon sagu dan palem yang berasal dari Sulawesi Tengah dalam artikel berikut ini.

 

Asal Usul Pohon Sagu dan Palem

Dinukil dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, pada zaman dahulu di daerah hiduplah sepasang suami istri yang memiliki seorang anak laki-laki. Keluarga kecil ini hidup dalam taraf kemiskinan.

Meskipun hidup serba berkekurangan, sang suami memiliki sifat buruk yang suka bermalas-malasan. Situasi ini tentu makin memperparah kondisi keluarga mereka.

Pada suatu hari, sang suami tiba-tiba berkeinginan untuk membuka lahan perkebunan sendiri. Dia berniat untuk menanam berbagai macam tumbuhan dan sayuran di lahan perkebunan tersebut.

Sang suami kemudian menyampaikan keinginan tersebut kepada istrinya. Sang istri tentu merasa senang dengan niat suaminya tersebut.

Keesokan harinya, sang suami pergi ke dalam hutan untuk menemukan lahan yang cocok dijadikan area perkebunan. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya dia sudah menemukan tempat yang cocok dijadikan lahan perkebunan.

Dirinya kemudian kembali ke rumah karena hari sudah sore. Keesokan harinya, dia kembali ke tempat tersebut sambil membawa parang dan cangkul.

Namun tiba-tiba sifat malasnya kembali datang. Alih-alih membabat lahan untuk dijadikan perkebunan, dirinya justru hanya duduk termenung di bawah pohon besar.

Tanpa sadar hari berlalu begitu saja. Dirinya kembali pulang ke rumah tanpa kemajuan sedikitpun.

Kejadian ini terus berulang beberapa hari berikutnya. Dirinya hanya pergi ke luar rumah untuk duduk termenung di hutan.

Pada suatu hari, sang istri penasaran dengan lahan perkebunan milik suaminya. Dirinya kemudian ikut ke dalam hutan untuk melihat lahan perkebunan tersebut.

Namun apa yang dia pikirkan ternyata jauh dari harapan. Sang suami ternyata selama ini tetap bermalas-malasan dan hanya duduk di bawah pohon seharian.

Sang istri kemudian menanyakan apa saja yang sudah dikerjakan suaminya selama ini. Sebab dirinya selalu keluar rumah setiap hari untuk pergi ke dalam hutan.

 

Pertanyaan ini ternyata menyinggung sang suami. Bukannya sadar dengan perbuatannya selama ini, sang suami justru marah dan membentak istrinya tersebut.

Dirinya langsung bangkit dari duduknya dan berjalan kembali ke rumah. Menyadari suaminya menjadi marah, sang istri kemudian mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di rumah, marah sang suami tetap belum reda. Bahkan kemarahannya makin memuncak dan melampiaskannya dengan cara membanting semua perabot yang ada di rumah.

Hati sang istri merasa sedih dan kecewa ketika melihat hal tersebut. Dirinya kemudian lari ke dalam hutan sambil menangis meratapi kesedihannya.

Sesampainya di dalam hutan, sang istri berdiri di tepi sebuah telaga. Tanpa pikir panjang, dirinya langsung melompat ke dalam telaga tersebut.

Sang suami kemudian menyadari bahwa istrinya tidak kunjung pulang. Bersama anaknya, sang suami kemudian menyusul untuk mencari istrinya ke dalam hutan.

Alangkah terkejutnya dia ketika melihat tubuh sang istri sudah mengambang di tengah telaga. Perlahan-lahan tumbuh sebuah pohon dari tubuh sang istri tersebut yang menyerupai batang sagu.

Sang anak kemudian ikut berlari ke dalam telaga tersebut. Sama seperti ibunya, tubuh sang anak ini kemudian juga menjelma menjadi pohon sagu.

Melihat hal ini, sang suami menyadari kesalahan yang sudah dia lakukan. Dirinya merasa menyesal karena sudah kehilangan kedua orang yang sangat dia cintai.

Sang suami kemudian ikut menceburkan diri ke dalam telaga tersebut karena tidak ingin hidup sendirian. Berbeda dengan istri dan anaknya, tubuh sang suami ini ternyata menjelma menjadi pohon palem.



 Sumber : DISINI

Legenda Sawerigading dari Sulawesi Selatan yang Jatuh Cinta dengan Saudara Kembarnya

 


Legenda Sawerigading adalah salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan. Legenda ini berkisah tentang dua orang anak raja yang bernama Sawerigading dan We Tenriabeng.

Kedua anak raja ini merupakan sepasang anak kembar. Menurut ramalan, mereka diprediksi akan saling jatuh cinta dan menikah satu sama lain.

Sang raja menyadari bahwa hal tersebut terlarang untuk dilakukan menurut adat yang berkembang. Akhirnya sang raja mengambil sebuah keputusan agar ramalan tersebut tidak terjadi di masa yang akan datang.

Lantas bagaimana kelanjutan cerita dari legenda Sawerigading tersebut?

 

Legenda Sawerigading

Dinukil dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, dikisahkan pada zaman dahulu berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Luwu di daerah Sulawesi Selatan. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bergelar Batara Lattu.

Batara Lattu diketahui memiliki sepasang anak kembar. Anak laki-laki bernama Sawerigading. Sementara itu, anak perempuannya bernama We Tenriabeng.

Pada suatu hari, Batara Lattu mendapatkan ramalan dari Batara Guru yang merupakan ayah sang raja. Menurut lamaran leluhurnya tersebut, Sawerigading dan We Tenriabeng kelak akan saling jatuh cinta.

Tidak hanya itu, kedua anak kembar sang raja diketahui juga akan menikah di masa yang akan datang. Padahal hal ini dilarang oleh adat setempat.

Mengetahui ramalan ini, sang raja kemudian mengambil keputusan agar hal tersebut tidak terjadi di masa yang akan datang. Dia memutuskan untuk menyembunyikan We Tenriabeng di loteng istana sejak masih bayi.

Hari demi hari berlalu, akhirnya kedua anak raja mulai tumbuh dewasa. pada suatu hari, Batara Lattu hendak mengutus Sawerigading untuk pergi berlayar ke Negeri Taranati.

Ketika melakukan perjalanan tersebut, Sawerigading mendapatkan sebuah kabar rahasia bahwa dirinya sebenarnya memiliki seorang saudara kembar yang cantik jelita. Saudara kembarnya tersebut disembunyikan oleh sang raja di loteng istana sejak masih bayi.

Sawerigading merasa tertarik dengan informasi yang dia dapatkan tersebut. Ketika kembali dari perjalanannya, Sawerigading langsung mengecek loteng istana.

Benar saja, dia langsung menemukan We Tenriabeng di loteng istana tersebut. Sama seperti ramalan Batara Guru, Sawerigading ternyata benar-benar jatuh cinta dengan saudara kembarnya tersebut.

 

Sawerigading kemudian menyampaikan niat untuk menikahi We Tenriabeng. Namun We Tenriabeng menolak dan memberi tahu bahwa mereka sebenarnya memiliki seorang sepupu yang sangat mirip dengan dirinya.

Sepupu tersebut bernama We Cudai dan berada di Negeri Cina. Untuk membuktikan perkataannya, We Tenriabeng kemudian memberikan sehelai rambut, gelang, dan cincin yang dia miliki.

We Tenriabeng berkata bahwa barang-barang tersebut akan sama dengan apa yang dimiliki We Cudai. Jika berbeda, dirinya akan bersedia untuk menikah dengan Sawerigading.

Akhirnya Sawerigading berangkat ke Negeri Cina untuk membuktikan hal tersebut. Dirinya juga membawa setiap barang yang sudah dititipkan We Tenriabeng sebelumnya.

Benar saja, sesampainya di Negeri Cina, Sawerigading langsung terkesima dengan kecantikan We Cudai. Dirinya kemudian menunjukkan barang titipan dari We Tenriabeng.

Ternyata semua barang tersebut memang mirip dengan apa yang dimiliki oleh We Cudai. Akhirnya Sawerigading memutuskan untuk melamar dan menikahi We Cudai.

Pesta pernikahan Sawerigading dan We Cudai diadakan dengan meriah. Beberapa tahun kemudian, mereka memutuskan untuk kembali ke Kerajaan Luwu dan tinggal di sana.

Namun tidak lama kemudian, pasangan suami istri ini memutuskan untuk kembali ke Negeri Cina. Akan tetapi, kapal yang mereka tumpangi ternyata karam dalam perjalanan pulang tersebut.


Sumber : DISINI

Selasa, 10 Juni 2025

Antara Legenda dan Sejarah

 

Konon cerita menurut para sesepuh di desa di somalangu sewaktu penjajahan belanda,masjid al kahfi somalangu tidak terlihat oleh pasukan belanda dan mereka mengira tidak ada apa-apa.

banyak tokoh terkenal yang pada masanya yang mondok di al kahfi somalangu seperti putra2 Demak. Djoko Tingkir. Panembahan Senopati. Pangeran Singosari. Pangeran Purboyo. Pangeran Juminah. Sultan Agung Adipati Arungbinang, Pngeran Diponegoro pernah mondok di Alkahfi somalangu,juga mbah kh Dalhar watu congol.

masjid al kahfi masih seperti dulu bangunanya hanya tembok dan halaman yang di renovasi,mustaka dan tiang masjid masih asli seperti dulu.konon atap masjid dulu menggunakan daun illalang yang mengelurkan bau wangi karna dulu daerah somalangu di kenal sebagai alang alang wangi. Di Somalangu banyak terdapat rumah-rumah kuno zaman dulu yang masih ada dan di sana ada juga joglo.dan konon di sungai ada penunggunya yaitu Sarasuta,

Menurut para warga yang percaya, peninggalan syekh Abdul Kahfi yaitu kolam tempat wudu yang konon dulu rumah syekh Abdul Kahfi,rumah panggung yang biasanya santri menyebut bangkongreang, di pintu tertulis kyai bongkong yang konon dapat berubah menjadi kodok(sebutan orang jawa untuk katak).

Di utara masjid juga ada mulangan tempat syekh Abdul Kahfi mengajar dulu.

Dan di sebelah selatan masjid ada bekas rumah yang hanya tersisah puing-puing dan pondasinya saja ,konon bekas rumah Abdul Kahfi awal

Syekh Abdul Kahfi Tsani adalah pendiri Ponpes Somalangu Kebumen periode ke 2, setelah sebelumnya pernah berdiri pondok Somalangu Kuno yang didirikan oleh Syekh Abdul Kahfi Awal pada masa pemerintahan Panembahan Senopati ( raja pertama Mataram Islam ) yang sepeninggal Beliau kemudian hilang dimakan zaman seiring dengan tidak adanya regenerasi pada waktu itu ( Fatroh ) dan juga karena bentuk bangunan yang masih sangat sederhana.

Syekh Kahfi Tsani adalah salah seorang putra dari Syaikh Marwan "Ali Menawi " bin Syaikh Zaenal Abidin Banjursari Buluspesantren bin Syekh Yusuf Buluspesantren bin. Syaikh Djawahir bin Syaik Muhtarom bin Syaikh Abdul Kahfi Awal.

Sejak kecil, Abdul Kahfi dititipkan oleh ayahnya di Pondok milik Sayyid Taslim Tirip Purworejo bin Tolabudin bin Sayyid Muh. Alim Basaiban Bulus Purworejo.

Di sana Abdul Kahfi dididik berbagai ilmu tentang Islam. Karena sejak kecil sudah di asuh oleh Sayyid Taslim, maka tidak heran jika Beliau juga sudah dianggap seperti anaknya sendiri, sehingga pada waktu khitan pun, keluarga Sayyid Taslim lah yang mengkhitan Beliau.

Setelah dewasa, Sayyid Taslim melarang Abdul Kahfi untuk tetap bermukim di Tirip, sebab menurut Beliau, bukan di Tirip lah seharusnya Abdul Kahfi hidup karena Sayyid Taslim yakin bahwa kelak Abdul Kahfi akan menjadi seorang ulama besar di daerah asalnya seperti Leluhurnya dahulu.

Selanjutnya Sayyid Taslim mengantar Abdul Kahfi pulang ke Kebumen, akan tetapi bukan diantar pulang ke Banjursari ( tempat orangtuanya ) melainkan ke desa Somalangu. Sesampainya di desa Somalangu, Sayyid Taslim memberitahukan kepada Abdul Kahfi bahwa didesa inilah dahulu pendahulunya ( Syekh Kahfi Awal ) bermukim dan mendirikan Pondok.

Sayyid Taslim juga memberitahukan bekas Pondok Syekh Kahfi Awal yang pada waktu itu sudah tinggal pondasinya saja. Lokasi tersebut saat itu barada di atas tanah yang telah menjadi milik salah seorang penduduk setempat. Tanah tersebut kemudian dibeli oleh Sayyid Taslim dari pemilik waktu itu dan memberikannya kepada murid kesayangan Beliau yang sudah seperti putranya sendiri itu dan berpesan agar Abdul Kahfi bermukim ditempat itu dan membangun kembali pondok untuk meneruskan syiar Islam pendahulunya.

Sejak itulah pondok Somalangu baru ( periode ke 2 ) berdiri. Untuk membedakan maka kemudian ditambahlah nama "Awal " di belakang Abdul Kahfi pendiri pondok pertama dan nama " Tsani " di belakang Abdul Kahfi pendiri pondok ke 2.

Antara Legenda dan Sejarah : PUE NDOE EPU

 


PUE NDOE EPU 

Dahulu di Negara Valavua, bertahtalah seorang Raja bernama Pue Ndoe Epu, atau lebih dikenal Pue Mparaka (semua gigi depannya menonjol keluar). Negaranya subur makmur tak kurang suatu apa. Tidak heran jika negara ini sangat termashur. Baginda mempunyai dua orang isteri. Isteri yang pertama bernama Pue Mpamie alias Pue Pasu Kire, sedangkan yang kedua bernama Pue Mpalue, alias Pue Nyenye.

Baginda Pue Ndoe Epu telah lama memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar diberi putera, tapi telah sekian lama, kedua isterinya tidak mengandung. Sekalipun baginda telah memohon dengan tekun, tapi permohonannya belum terkabul juga.

Sang Baginda mempunyai seorang Jogugu yang sangat disayanginya bernama Mangge Nasoa Nesoa.

Seorang Jogugu yang menjadi kepercayaan baginda. Tidak mengherankan jika Mangge Nasoa Nesoa dapat keluar masuk istana dengan bebasnya.

Pada suatu hari, ketika sang Baginda sedang berbaring di kamar tidurnya, Mangge Nasoa Nesoa datang ke istana untuk menghadap kepada sang Baginda. Ketika Mangge Nasoa Nesoa mengetahui baginda sedang beristirahat, ia tidak jadi menghadap. Hatinya sangat menyesal tidak dapat langsung menghadap kepada rajanya.

Karena menyangka baginda sedang  tidur, Mangge Nasoa Nesoa mengeluh, "Alangkah senangnya menjadi seorang raja. Segalanya serba dilayani. Tidak seperti diriku ini, sekalipun telah bekerja keras, tapi tak bertemu dengan kesenangan. Alangkah bahagianya jika aku bisa menjadi raja."

Sang raja yang mendengar keluhan Mangge Nasoa Nesoa, segera memanggilnya. Mangge Nasoa Nesoa yang mengira baginda tak mendengar keluhannya segara datang menghadap dan menyembah di hadapan rajanya.

"Kau ingin menjadi raja, Mangge?"

Mangge Nasoa Nesoa terkejut bukan kepalang, ia tak menyangka raja mendengar keluhannya. Karena merasa bersalah, Mangge Nasoa Nesoa tak dapat menjawab pertanyaan baginda.

"Jika benar-benar kau ingin menjadi raja, baiklah, aku akan memberikan kerajaanku, asalkan kau dapat menjalankan pemerintahan dengan adil dan jujur. Aku hendak pergi bertapa. Aku menitipkan kdua permaisuriku. Ingat, kau harus bertindak bijaksana selaku seorang raja," kata baginda.

"Mohon ampun Tuanku atas kesalahan hambamu ini. Tapi jika sekiranya memang baginda percaya dan bersedia menyerahkan kerajaan Valavua ini kepada hamba, sudah tentu hamba akan mengikuti pesan baginda," jawab Mangge Nasoa Nesoa.

"Syukurlah jika kau bersedia dan merasa sanggup. Mulai malam ini, dengan disaksikan oleh si Viata Nggakayu, aku serahkan kerajaanku. Namamu sekarang kuganti menjadi Pue Danasoa Danesoa."

Setelah serah terima,  Baginda segera bersemadi dan lenyaplah Baginda dari hadapan Pue Danasoa Danesoa dan Viata Nggakayu. Di kemudian hari, Pue Ndoe Epu, menjadi seorang Toalusu bernama Pue Baraka.

Mangge Nasoa Nesoa  sangat gembira. Ia berganti nama menjadi Pue Danasoa Danesoa. Sekarang ia telah menjadi raja yang kaya. Sedangkan Viata Nggakayu kawannya sesama Jogugu, sekarang harus menyembah  kepadanya.

 "Viata, sekarang juga kau harus memukul gong, dan umumkan kepada rakyat, bahwa Pue Ndoe Epu telah menjadi muda kembali. Dan ingat Viata, kau dilarang membuka rahasia, jika jiwamu ingin selamat," kata raja yang baru ini.

Viata Nggakayu dengan hati agak kesal meninggalkan rajanya untuk memukul gong. Dengan berjalan kaki, Viata memukul gong sambil mengumumkan, bahwa rajanya telah berubah menjadi muda kembali. Rakyat Valavua semua percaya, karena mereka pun mengetahui, rajanya seorang yang sakti.

Pue Danasoa Danesoa yang baru, merasa dirinya berkuasa. Ia Telah lupa pada pesan-pesan Pue Ndoe Epu. Tindakannya kejam.

Pada suatu hari, Pue Mpamie dan Pue Mpalue telah datang menghadap. Maksud kedatangan kedua permaisuri baginda akan menceritakan tentang impian mereka semalam.

"Tadi malam, kami bermimpi. Mimpi kami berdua ternyata sama. Kami bermimpi kejatuhan bulan. Bulan itu jatuh ke atas pangkuan kami. Menurut seorang Sando bernama Sando Mpokuvava, kami berdua akan mendapat putera."

Sudah tentu baginda terkejut. Kemudian ia menyuruh Viata Nggakayu memanggil Sando Mpokuvava di gunung Ranjambori. Tidak diceritakan perjalanan Viata Nggakayu, Sando sakti yang bernama Sando Mpokuvava segera datang menghadap.

Baru saja Sando Mpokuvava menghadap. Baginda yang hendak mempermalukan Sando Mpokuvava telah siap-siap dengan tipu dayanya. Beliau telah menyuruh kedua permaisurinya memasang kuali pada perutnya, agar tampak seperti sedang mengandung.

"Coba katakan, apakah kedua permaisuriku ini sedang hamil atau tidak?" tanya baginda.

"Benar hamil, Tuanku," jawab Sando Mpokuvava tanpa ragu.

"Coba katakan laki-laki atau perempuan anak-anakku itu?"

"Menurut penglihatan hamba yang bodoh, putera Baginda keduanya laki-laki."

Alangkah marah baginda. Kuali yang diikatkan pada perut kedua istrinya segera diperlihatkan. Sando Mpokuvava diam saja. Rupanya kemarahan baginda tidak sampai di situ. Segera ia menyepak kuali itu jauh-jauh. Di kemudian hari, lokasi tempat jatuhnya kuali itu disebut Tanamaombo. Tiba-tiba baginda mencabut keris dan menikamkannya kepada Sando Mpokuvava. Tapi ajaib, kerisnya malah bengkok.

Baginda yang sangat terkejut melihat kejadian itu, untuk sesaat diam saja. Sando Mpokuvava segera bersemadi. Tubuhnya lenyap kembali ke Gunung Ranjambori.

Apa yang dikatakan oleh Sando Mpokuvava ternyata benar. Kedua permaisuri baginda benar-benar hamil. Setelah sembilan bulan Dei Mpalue melahirkan seorang putera. Anak laki-laki ini oleh baginda diberi nama Mpedagi. Sedangkan Dei Mpamie belum melahirkan. Dei Mpamie telah hamil sepuluh bulan,  tapi belum ada tanda-tanda akan melahirkan.

Pada suatu hari, raja merasa heran, karena sudah sepuluh bulan, Dei Mpamie hamil, tapi belum melahirkan. Baginda datang ke tempat Dei Mpamie hendak menjenguk isterinya. Ketika baginda datang, nampak Dei Mpamie sedang menangis. Karena merasa kasihan, baginda menghiburnya. Dei Mpamie agak senang juga hatinya.

Ketika itu udara sangat nyaman. Baginda tak sadar tertidur di samping Dei Mpamie. Di dalam tidurnya baginda mendengar suara yang berkata, "Hai raja lalim! Kau telah menyiksa Pue Nasoa Nesoa yang tak berdosa. Kelak kau akan menerima balasan."

Sudah tentu baginda sangat terkejut. Ia buru-buru bangun. Pada mulanya baginda menyangka suara yang didengarnya adalah suara Dei Mpamie. Tapi Dei Mpamie mengatakan, bahwa suara itu datang dari perutnya yang gendut.

Sepulang dari tempat Dei Mpamie, baginda merasa tidak tenang. Ia telah memanggil beberapa orang ahli nujum. Semua ditanyai tentang kandungan Dei Mpamie.

"Rupanya anak yang dikandung oleh permaisuri Dei Mpamie, seorang putera yang kelak akan membahayakan baginda, " kata beberapa nujum kepada baginda.

Mendengar keterangan ini, baginda sangat marah. Hari itu juga Dei Mpamie diusir dari istana dan ditempatkan di luar lingkungan kerajaan.

Pada suatu hari, Dei Mpalue dipanggil oleh baginda. Dei Mpalue segera menghadap. Ia segera menyembah kepada baginda.

"Dei Mpalue, puteramu Mpedagi akan kujadikan penggantiku kelak," kata baginda.

Dei Mpalue sangat gembira mendengar sabda baginda.

Lalu baginda berkata, "Tapi jika Dei Mpamie melahirkan, puteranya harus kau hanyutkan di sungai."

Dei Mpalue menerima perintah suaminya. Segera ia mengatur siasat. Semua dukun beranak dilarang membantu Dei Mpamie melahirkan. Semua harus meninggalkan rumahnya, bila Dei Mpamie melahirkan. 

Saat Mpedagi telah berusia 3 bulan, saat itu bulan ke-13 kehamilan Dei Mpamie dan melahirkan anak laki-laki.  Atas upaya Dei Mpalue tak seorang pun dayang-dayang  diperkenankan menolong Dei Mpamie, melainkan Dei Mpalue sendiri yang membantu persalinan Dei Mpamie.

Dengan kelihaian dan akal licik Dei Mpalue, putra Dei Mpamie diganti dengan seekor anjing. Dikatakannya bahwa Dei Mpamie telah melahirkan seekor anjing. Sementara Bayi Mpamie dimasukkannya dalam kandaga emas disertai telur ayam dan dihanyutkannya ke sungai Keke.

Karena aib fitnah yang ditimbulkan oleh Dei Mpalui seakan Dei Mpamie yang telah melahirkan seekor anjing, Raja sangat murka dan menyuruh Viata Nggakayu (pegawai istana) untuk membunuh Dei Mpamie.

Si Viata Nggakayu tidak sampai hati melaksanakan perintah Raja terhadap Dei Mpamie, Permaisuri junjungannya. Karena dalam benak Viata Nggakayu, tidak mungkin Sang Dei Mpamie melahirkan Anjing. Dan pasti ada sesuatu yang terjadi di dalam istana akibat persaingan Dua Permaisuri. Dei Mpalue pun akhirnya diantarkannya ke desa tempat kelahirannya, Ranggorombi.

Sesampainya di istana Viata Nggakayu melaporkan bahwa Dei Mpalue telah dibunuh. Mendengar laporan tersebut Pue Danasoa Danesoa dan Dei Mpalue gembira karena tujuan nya telah berhasil untuk menyingkirkan Dei Mpamie.

Tersebut lah seorang Mbasorasi bersama istrinya, yang bernama Ndoetuvu. yang tinggal di Soki Buntinggalindoro tanpa bertetangga. Mbasorasi sebenarnya masih krabat Kerajaan Valavua yang sengaja menyingkir dari keramaian. Sudah lama Mbasorasi menikah, tetapi belum dikarunia anak. Suatu malam Ndoetuvu bermimpi kejatuhan bulan purnama. Mimpi itu diceritakannya kepada suami dan sang suami mengetahui takbir mimpi itu, bahwa mereka akan mendapat rezeki.

Malam itu juga Mbasorasi pergi ke sungai membawa jala untuk menangkap ikan.setelah beberapa lama tiba-tiba jala yang dilemparkan ke sungai terasa berat dan di tarik dan betapa terkejut dan gembira ia mendapatkan kandaga emas yang berisi Bayi beserta telur ayam, bayi tersebut di bawa pulang dan Mbasorasi dengan sabar dan penuh kasih sayang. Telur ayam itu pun mereka tetaskan, mereka memeliharanya hingga menjadi seekor ayam jantan yang ajaib dan perkasa yang diberi nama Pulimanu Dan Anak angkat ini mereka beri nama Tobaraka Ntamosanga.

Suatu ketika Mbasorasi mengajak Tobaraka ke hutan dan tiba-tiba ada suara burung yang melengking nyaring Tobaraka pun bertanya suara apa itu.. Mbasorasi pun menjawab itu suara Ciung.Dan dan Tobaraka pun melihat hewan yang melompat kesana kemari di pepohonan dengan lincah dan dijelaskan itu namanya Ibo (monyet). Hal tersebut menjadi ilham bagi Mbasorasi untuk menyamarkan Tobaraka dalam pengembaraan kelak. Dan di namailah Tobaraka dengan Nama Ibo Mpekatempa sebagai nama samaran dlm pengembaraan.

Mbasorasi pun mempersiapkan sekelompok orang untuk di latih ilmu keprajuritan dan memberikan pelajaran tentang ilmu tata pemerintahan kepada Ibo Mpekatempa. 

Suatu saat bertanyalah Ibo Mpekatempa kepada ayah dan ibu angkatnya. Tentang siapa sebenarnya Dia.

Terus terang Mbasorasi dan Ndoetuvu menceritakan tentang asal-usul Ibo Mpekatempa. Setelah mendengar cerita ayah dan ibu angkatnya, tahulah Ibo Mpekatempa akan dirinya yang masih Putra Kerajaan Valavua. Dan di perintah kan untuk menghadap ke Gunung Ranjambori menemui seorang petapa sakti yang bernama Sando Mpokuvava. Berguru lah kepada Sando Mpokuvava ikuti apa perintah nya karena Petapa tersebut yang kelak akan memberikan petunjuk bagaimana cara masuk ke Kerajaan.

Sesampainya di Gunung Ranjambori Ibo Mpekatempa segera menghadap Sando Mpokuvava dan diterima sebagai murid serta di ajarkan beberapa ilmu kesaktian dan tatanegara.


Bersambung ...........

۞ PETA LOKASI Rumahku ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞