PUE NDOE EPU
Dahulu di Negara Valavua, bertahtalah seorang Raja bernama Pue Ndoe Epu, atau lebih dikenal Pue Mparaka (semua gigi depannya menonjol keluar). Negaranya subur makmur tak kurang suatu apa. Tidak heran jika negara ini sangat termashur. Baginda mempunyai dua orang isteri. Isteri yang pertama bernama Pue Mpamie alias Pue Pasu Kire, sedangkan yang kedua bernama Pue Mpalue, alias Pue Nyenye.
Baginda Pue Ndoe Epu telah lama memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar diberi putera, tapi telah sekian lama,
kedua isterinya tidak mengandung. Sekalipun baginda telah memohon dengan tekun,
tapi permohonannya belum terkabul juga.
Sang Baginda mempunyai seorang Jogugu yang sangat disayanginya bernama Mangge Nasoa Nesoa.
Seorang Jogugu yang menjadi
kepercayaan baginda. Tidak mengherankan jika Mangge Nasoa Nesoa dapat keluar masuk
istana dengan bebasnya.
Pada suatu hari, ketika sang
Baginda sedang berbaring di kamar tidurnya, Mangge Nasoa Nesoa datang ke istana untuk
menghadap kepada sang Baginda. Ketika Mangge Nasoa Nesoa mengetahui baginda sedang
beristirahat, ia tidak jadi menghadap. Hatinya sangat menyesal tidak dapat
langsung menghadap kepada rajanya.
Karena menyangka baginda
sedang tidur, Mangge Nasoa Nesoa mengeluh,
"Alangkah senangnya menjadi seorang raja. Segalanya serba dilayani. Tidak
seperti diriku ini, sekalipun telah bekerja keras, tapi tak bertemu dengan
kesenangan. Alangkah bahagianya jika aku bisa menjadi raja."
Sang raja yang mendengar keluhan Mangge Nasoa Nesoa, segera memanggilnya. Mangge Nasoa Nesoa yang mengira baginda tak
mendengar keluhannya segara datang menghadap dan menyembah di hadapan rajanya.
"Kau ingin menjadi raja, Mangge?"
Mangge Nasoa Nesoa terkejut bukan
kepalang, ia tak menyangka raja mendengar keluhannya. Karena merasa bersalah, Mangge Nasoa Nesoa tak dapat menjawab pertanyaan baginda.
"Jika benar-benar kau ingin
menjadi raja, baiklah, aku akan memberikan kerajaanku, asalkan kau dapat
menjalankan pemerintahan dengan adil dan jujur. Aku hendak pergi bertapa. Aku
menitipkan kdua permaisuriku. Ingat, kau harus bertindak bijaksana selaku
seorang raja," kata baginda.
"Mohon ampun Tuanku atas
kesalahan hambamu ini. Tapi jika sekiranya memang baginda percaya dan bersedia
menyerahkan kerajaan Valavua ini kepada hamba, sudah tentu hamba akan
mengikuti pesan baginda," jawab Mangge Nasoa Nesoa.
"Syukurlah jika kau bersedia
dan merasa sanggup. Mulai malam ini, dengan disaksikan oleh si Viata Nggakayu, aku
serahkan kerajaanku. Namamu sekarang kuganti menjadi Pue Danasoa Danesoa."
Setelah serah terima, Baginda segera bersemadi dan lenyaplah Baginda dari hadapan Pue Danasoa Danesoa dan Viata Nggakayu. Di kemudian hari, Pue Ndoe Epu, menjadi seorang Toalusu bernama Pue Baraka.
Mangge Nasoa Nesoa sangat gembira. Ia
berganti nama menjadi Pue Danasoa Danesoa. Sekarang ia telah
menjadi raja yang kaya. Sedangkan Viata Nggakayu kawannya sesama Jogugu, sekarang
harus menyembah kepadanya.
"Viata, sekarang juga kau harus memukul
gong, dan umumkan kepada rakyat, bahwa Pue Ndoe Epu telah
menjadi muda kembali. Dan ingat Viata, kau dilarang membuka rahasia, jika
jiwamu ingin selamat," kata raja yang baru ini.
Viata Nggakayu dengan hati agak kesal
meninggalkan rajanya untuk memukul gong. Dengan berjalan kaki, Viata memukul
gong sambil mengumumkan, bahwa rajanya telah berubah menjadi muda kembali.
Rakyat Valavua semua percaya, karena mereka pun mengetahui, rajanya
seorang yang sakti.
Pue Danasoa Danesoa yang baru,
merasa dirinya berkuasa. Ia Telah lupa pada pesan-pesan Pue Ndoe Epu.
Tindakannya kejam.
Pada suatu hari, Pue Mpamie dan Pue Mpalue telah datang menghadap. Maksud kedatangan kedua permaisuri
baginda akan menceritakan tentang impian mereka semalam.
"Tadi malam, kami bermimpi.
Mimpi kami berdua ternyata sama. Kami bermimpi kejatuhan bulan. Bulan itu jatuh
ke atas pangkuan kami. Menurut seorang Sando bernama Sando Mpokuvava, kami
berdua akan mendapat putera."
Sudah tentu baginda terkejut.
Kemudian ia menyuruh Viata Nggakayu memanggil Sando Mpokuvava di gunung Ranjambori. Tidak
diceritakan perjalanan Viata Nggakayu, Sando sakti yang bernama Sando Mpokuvava segera datang menghadap.
Baru saja Sando Mpokuvava menghadap. Baginda yang hendak mempermalukan Sando Mpokuvava telah siap-siap
dengan tipu dayanya. Beliau telah menyuruh kedua permaisurinya memasang kuali
pada perutnya, agar tampak seperti sedang mengandung.
"Coba katakan, apakah kedua
permaisuriku ini sedang hamil atau tidak?" tanya baginda.
"Benar hamil, Tuanku,"
jawab Sando Mpokuvava tanpa ragu.
"Coba katakan laki-laki atau
perempuan anak-anakku itu?"
"Menurut penglihatan hamba
yang bodoh, putera Baginda keduanya laki-laki."
Alangkah marah baginda. Kuali
yang diikatkan pada perut kedua istrinya segera diperlihatkan. Sando Mpokuvava diam saja. Rupanya kemarahan baginda tidak sampai di situ. Segera ia menyepak
kuali itu jauh-jauh. Di kemudian hari, lokasi tempat jatuhnya kuali itu disebut Tanamaombo. Tiba-tiba baginda
mencabut keris dan menikamkannya kepada Sando Mpokuvava. Tapi ajaib, kerisnya
malah bengkok.
Baginda yang sangat terkejut
melihat kejadian itu, untuk sesaat diam saja. Sando Mpokuvava segera
bersemadi. Tubuhnya lenyap kembali ke Gunung Ranjambori.
Apa yang dikatakan oleh Sando Mpokuvava ternyata benar. Kedua permaisuri baginda benar-benar hamil. Setelah
sembilan bulan Dei Mpalue melahirkan seorang putera. Anak laki-laki ini
oleh baginda diberi nama Mpedagi. Sedangkan Dei Mpamie belum
melahirkan. Dei Mpamie telah hamil sepuluh bulan, tapi belum ada tanda-tanda akan melahirkan.
Pada suatu hari, raja merasa
heran, karena sudah sepuluh bulan, Dei Mpamie hamil, tapi belum melahirkan.
Baginda datang ke tempat Dei Mpamie hendak menjenguk isterinya. Ketika baginda
datang, nampak Dei Mpamie sedang menangis. Karena merasa kasihan, baginda menghiburnya. Dei Mpamie agak senang juga hatinya.
Ketika itu udara sangat nyaman.
Baginda tak sadar tertidur di samping Dei Mpamie. Di dalam tidurnya baginda
mendengar suara yang berkata, "Hai raja lalim! Kau telah menyiksa Pue Nasoa Nesoa yang tak berdosa. Kelak kau akan menerima balasan."
Sudah tentu baginda sangat
terkejut. Ia buru-buru bangun. Pada mulanya baginda menyangka suara yang
didengarnya adalah suara Dei Mpamie. Tapi Dei Mpamie mengatakan, bahwa suara
itu datang dari perutnya yang gendut.
Sepulang dari tempat Dei Mpamie,
baginda merasa tidak tenang. Ia telah memanggil beberapa orang ahli nujum.
Semua ditanyai tentang kandungan Dei Mpamie.
"Rupanya anak yang dikandung
oleh permaisuri Dei Mpamie, seorang putera yang kelak akan membahayakan
baginda, " kata beberapa nujum kepada baginda.
Mendengar keterangan ini, baginda
sangat marah. Hari itu juga Dei Mpamie diusir dari istana dan ditempatkan di
luar lingkungan kerajaan.
Pada suatu hari, Dei Mpalue dipanggil oleh baginda. Dei Mpalue segera menghadap. Ia segera menyembah
kepada baginda.
"Dei Mpalue, puteramu Mpedagi akan kujadikan penggantiku kelak," kata baginda.
Dei Mpalue sangat gembira
mendengar sabda baginda.
Lalu baginda berkata, "Tapi
jika Dei Mpamie melahirkan, puteranya harus kau hanyutkan di sungai."
Dei Mpalue menerima perintah suaminya. Segera ia mengatur siasat. Semua dukun beranak dilarang membantu Dei Mpamie melahirkan. Semua harus meninggalkan rumahnya, bila Dei Mpamie melahirkan.
Saat Mpedagi telah berusia 3 bulan, saat itu bulan ke-13 kehamilan Dei Mpamie dan melahirkan anak laki-laki. Atas upaya Dei Mpalue tak seorang pun dayang-dayang diperkenankan menolong Dei Mpamie, melainkan Dei Mpalue sendiri yang membantu persalinan Dei Mpamie.
Dengan kelihaian dan akal licik
Dei Mpalue, putra Dei Mpamie diganti dengan seekor anjing. Dikatakannya
bahwa Dei Mpamie telah melahirkan seekor anjing. Sementara Bayi Mpamie dimasukkannya dalam kandaga emas disertai telur ayam dan dihanyutkannya ke
sungai Keke.
Karena aib fitnah yang
ditimbulkan oleh Dei Mpalui seakan Dei Mpamie yang telah
melahirkan seekor anjing, Raja sangat murka dan menyuruh Viata Nggakayu (pegawai
istana) untuk membunuh Dei Mpamie.
Si Viata Nggakayu tidak sampai hati melaksanakan perintah Raja terhadap Dei Mpamie, Permaisuri junjungannya. Karena dalam benak Viata Nggakayu, tidak mungkin Sang Dei Mpamie melahirkan Anjing. Dan pasti ada sesuatu yang terjadi di dalam istana akibat persaingan Dua Permaisuri. Dei Mpalue pun akhirnya diantarkannya ke desa tempat kelahirannya, Ranggorombi.
Sesampainya di istana Viata Nggakayu melaporkan bahwa Dei Mpalue telah dibunuh. Mendengar laporan tersebut Pue Danasoa Danesoa dan Dei Mpalue gembira karena tujuan nya telah berhasil untuk
menyingkirkan Dei Mpamie.
Tersebut lah seorang Mbasorasi bersama
istrinya, yang bernama Ndoetuvu. yang tinggal di Soki Buntinggalindoro tanpa bertetangga. Mbasorasi sebenarnya masih krabat Kerajaan Valavua yang
sengaja menyingkir dari keramaian. Sudah lama Mbasorasi menikah, tetapi
belum dikarunia anak. Suatu malam Ndoetuvu bermimpi kejatuhan bulan
purnama. Mimpi itu diceritakannya kepada suami dan sang suami mengetahui takbir
mimpi itu, bahwa mereka akan mendapat rezeki.
Malam itu juga Mbasorasi pergi ke
sungai membawa jala untuk menangkap ikan.setelah beberapa lama tiba-tiba jala
yang dilemparkan ke sungai terasa berat dan di tarik dan betapa terkejut dan
gembira ia mendapatkan kandaga emas yang berisi Bayi beserta telur ayam, bayi
tersebut di bawa pulang dan Mbasorasi dengan sabar dan penuh kasih sayang. Telur
ayam itu pun mereka tetaskan, mereka memeliharanya hingga menjadi seekor ayam
jantan yang ajaib dan perkasa yang diberi nama Pulimanu Dan Anak angkat ini
mereka beri nama Tobaraka Ntamosanga.
Suatu ketika Mbasorasi mengajak Tobaraka ke hutan dan tiba-tiba ada suara burung yang melengking
nyaring Tobaraka pun bertanya suara apa itu.. Mbasorasi pun menjawab
itu suara Ciung.Dan dan Tobaraka pun melihat hewan yang melompat kesana
kemari di pepohonan dengan lincah dan dijelaskan itu namanya Ibo (monyet). Hal
tersebut menjadi ilham bagi Mbasorasi untuk menyamarkan Tobaraka dalam pengembaraan kelak. Dan di namailah Tobaraka dengan Nama Ibo Mpekatempa sebagai nama samaran dlm pengembaraan.
Mbasorasi pun mempersiapkan sekelompok orang untuk di latih ilmu keprajuritan dan memberikan pelajaran tentang ilmu tata pemerintahan kepada Ibo Mpekatempa.
Suatu saat bertanyalah Ibo Mpekatempa kepada ayah dan ibu angkatnya. Tentang siapa sebenarnya Dia.
Terus terang Mbasorasi dan Ndoetuvu menceritakan tentang asal-usul Ibo Mpekatempa. Setelah mendengar
cerita ayah dan ibu angkatnya, tahulah Ibo Mpekatempa akan dirinya yang masih
Putra Kerajaan Valavua. Dan di perintah kan untuk menghadap ke Gunung Ranjambori menemui seorang petapa sakti yang bernama Sando Mpokuvava. Berguru lah kepada Sando Mpokuvava ikuti apa perintah nya karena Petapa tersebut yang kelak akan memberikan
petunjuk bagaimana cara masuk ke Kerajaan.
Sesampainya di Gunung Ranjambori Ibo Mpekatempa segera menghadap Sando Mpokuvava dan diterima sebagai murid
serta di ajarkan beberapa ilmu kesaktian dan tatanegara.
Bersambung ...........
0 comment:
Posting Komentar