Legenda Tadulako Bulili merupakan
salah satu cerita rakyat yang beredar di tengah masyarakat Sulawesi Tengah.
Legenda ini berkisah tentang dua orang pendekar sakti yang menjaga kehormatan
daerah asalnya, sehingga disegani dan dihormati oleh setiap masyarakat.
Bagaimana kisah lengkap dari
legenda Tadulako Bulili tersebut? Simak cerita lengkapnya dalam artikel berikut
ini.
Legenda Tadulako Bulili
Dinukil dari buku Yusup
Kristianto yang berjudul Cerita Rakyat Indonesia: 40 Cerita Rakyat Nusantara,
dari Aceh sampai Papua, Disertai Lagu Anak, disebutkan bahwa tadulako merupakan
sebutan bagi panglima perang. Kisah Tadulako bulili ini menceritakan tentang
dua orang panglima perang yang memiliki kemampuan sakti dan disegani oleh
masyarakat yang ada di daerah itu.
Pada zaman dahulu dikisahkan
bahwa terdapat dua orang pendekar sakti yang berasal dari Desa Bulili, Sulawesi
Tengah. Kedua pendekar ini bernama Bantili dan Mukeku.
Kedua tadulako ini dikenal dengan
kemampuannya yang mumpuni. Kedua pendekar tersebut memiliki kemampuan yang sama
hebatnya antara satu sama lain.
Berkat kemampuannya inilah,
Bantili dan Mukeku diangkat sebagai tadulako di daerah Bulili. Mereka berdua
bertugas untuk menjaga keamanan daerah asalnya tersebut.
Pada suatu hari tersiar kabar
bahwa raja dari Kerajaan Sigi hendao mendatangi Desa Bulili. Kedatangan raja
ini diketahui karena dirinya hendak menikahi salah seorang wanita yang berasal
dari daerah tersebut.
Kabar ini tentu disambut baik
oleh masyarakat Desa Bulili. Mereka pun mempersiapkan kedatangan sang raja
dengan baik.
Ketika Raja Sigi datang, semua
masyarakat Bulili menyambutnya dengan baik. Hal yang sama juga dilakukan oleh
Bantili dan Mukeku sebagai tadulako di daerah tersebut.
Akhirnya acara pernikahan Raja
Sigi diadakan dengan meriah. Setelah menikah, Raja Sigi menetap di Desa Bulili
hingga sang istri mengandung anak mereka.
Ketika usia kandungan sang istri
mendekati waktu kelahiran, Raja Sigi tiba-tiba berkata bahwa dia hendak kembali
ke daerah asalnya. Raja Sigi berkata bahwa dia sudah terlalu lama tidak
memimpin daerah asalnya tersebut.
Niat Raja Sigi ini tentu
ditentang oleh sang istri. Sebab kandungannya sudah mendekati waktu kelahiran.
Namun Raja Sigi tetap ingin
kembali ke daerah asalnya. Akhirnya sang istri hanya bisa pasrah dan melepas
kepergian suaminya tersantebut.
Dirinya hanya bisa berharap bahwa
Raja Sigi kembali lagi ketika dia hendak melahirkan. Namun perkiraan sang istri
tidak terjadi di kemudian hari.
Ketika hari melahirkan makin
dekat, Raja Sigi tidak kunjung balik ke Desa Bulili. Hal ini menimbulkan
keprihatinan bagi masyarakat Desa Bulili.
Akhirnya mereka membantu istri
Raja Sigi dalam proses melahirkan. Sebab bagaimanapun juga sang istri merupakan
wanita yang berasal dari daerah mereka.
Proses kelahiran bisa berjalan
dengan lancar. Ketika proses melahirkan ini selesai, masyarakat meminta kedua
tadulako untuk menghadap Raja Sigi.
Mereka tidak ingin sang istri
yang notabene warganya diremehkan begitu saja. Akhirnya Bantili dan Mukeku
berangkat ke Kerajaan Sigi.
Sesampainya di Kerajaan Sigi,
kedua Tadulako ini ternyata tidak disambut dengan hangat. Sang raja bertanya
mengapa kedua tadulako ini pergi menemui dirinya.
Bantili dan Mukeku berkata bahwa
dia diutus oleh istri raja. Mereka berkata bahwa anak sang raja sudah lahir dan
membutuhkan asupan makanan bagi ibu dan anaknya.
Raja Sigi kemudian menyuruh kedua
Tadulako itu untuk membawa lumbung makanan yang ada di kerajaannya. Dengan nada
meremehkan, Raja Sigi berkata bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mengangkat
lumbung tersebut.
Ajaibnya, Bantili dan Mukeku
dengan mudah membawa lumbung makanan tersebut. Mereka kemudian langsung membawa
lumbung makanan itu ke Desa Bulili.
Raja Sigi yang melihat hal ini
tentu terkejut dan terkesima. Dia memerintahkan semua prajuritnya untuk
mengejar kedua tadulako tersebut agar lumbung makanan mereka tidak dibawa
begitu saja.
Namun usaha dari prajurit
kerajaan ternyata sia-sia. Berkat kesaktiannya, Bantili dan Mukeku dengan mudah
membawa lumbung padi tersebut dengan cepat ke daerah asal mereka.
Bantili dan Mukeku kemudian
menyerahkan lumbung makanan tersebut kepada sang istri. Berkat usahanya
tersebut, Bantili dan Mukeku akhirnya makin disegani dan dihormati sebagai
Tadulako Bulili.
Sumber : DISINI
0 comment:
Posting Komentar