Asal Mula Penciptaan
Nabi Adam
Dikisahkan dalam kitab suci
Alquran bahwa Allah bercakap-cakap dengan malaikat. Allah memberi tahu malaikat
bahwa akan ada penciptaan makhluk yang dinamai manusia. Manusia akan mengemban
tugas sebagai Khalifah di bumi. Malaikat
protes, tidak setuju dengan hal yang direncanakan.
Malaikat yakin kalau manusia
hanya akan membawa bencana bagi bumi. Mereka akan membuat kerusakan,
permusuhan, juga pertumpahan darah. Malaikat merasa keberadaan dirinya saja
sudah lebih cukup sebagai ciptaan Allah. Karena mereka senantiasa bertasbih,
memuji, dan mengagungkan Allah.
Allah berfirman bahwa Dia
mengetahui apa-apa yang tidak diketahui oleh malaikat. Seperti kita ketahui, manusia itu tercipta
dari saripati tanah. Demikian juga yang diceritakan dalam Alquran surat As Sajdah ayat 7-9.
Yang memperindah segala sesuatu
yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah (7), kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani)(8).
Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam
(tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu,
(tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur (9). Q.S. As Sajdah ayat 7 – 9
Surat ini menceritakan bahwa
Allah mengetahui hal yang gaib dan nyata. Dia menciptakan wujud sempurna
manusia dari tanah. Dia juga menciptakan keturunan manusia dari air mani.
Kemudian ditiupkan roh untuk menghidupkan. Dia juga yang menciptakan pendengaran,
penglihatan dan hati.
Setelah Nabi Adam diciptakan,
Allah memberi perintah pada malaikat dan iblis untuk bersujud padanya. Walaupun
para malaikat diciptakan dari cahaya, mereka taat pada perintah Allah. Para
malaikat kemudian bersujud pada Nabi Adam. Lain halnya dengan iblis, ia merasa
derajatnya lebih tinggi dari Nabi Adam dan menolak untuk bersujud.
Iblis memang diciptakan dari api
itu sebabnya ia tidak mau bersujud pada Nabi Adam. Adam yang diciptakan dari
tanah dianggap lebih hina kemuliaannya oleh iblis. Surat Al Baqarah ayat 34
menjelaskan hal ini, “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali
iblis, ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
Kelancangan iblis membangkang
membuat Allah sangat murka. Iblis telah durhaka, dan hukumannya adalah keluar
dari surga. Iblis yang sombong bukannya bertobat dengan hukuman yang diberikan.
Ia malah mengeluarkan sumpah akan menggoda Nabi Adam dan keturunannya agar
sesat. Iblis ingin manusia menemani dirinya di neraka.
Nabi Adam dianugerahi usia yang
panjang oleh Allah. Banyak riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Adam diberi
usia hingga 1000 tahun. Namun, dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah
diceritakan kalau Nabi Adam pernah memberikan umurnya sejumlah 40 tahun untuk
Nabi Dawud.
Pada saat itu Nabi Adam kagum
dengan cahaya yang berkilau di antara matanya. Kemudian ia bertanya pada Allah
tentang manusia itu. Allah menjawab bahwa manusia itu salah satu keturunan
Adam, umat akhir zaman. Adam bertanya
mengenai umur Daud, dan Allah menjawab bahwa Dia memberikan 60 tahun padanya.
Nabi Adam lalu meminta Allah untuk menambahkan 40 tahun umur Daud yang
dikurangi dari umurnya.
Nabi Adam dan Siti Hawa
Turun ke Bumi
Nabi Adam memiliki segalanya di surga. Adam bisa mengambil dan menikmati
apa saja yang ada di dalamnya. Walaupun begitu Adam merasa kesepian. Kodratnya
sebagai manusia yang butuh ada manusia lain muncul. Adam menginginkan teman
untuk menemani hari-harinya.
Mengetahui Adam yang kesepian, Allah akhirnya menciptakan Hawa. Hawa
diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam ketika sedang tidur. Nabi sangat senang
dengan kehadiran Hawa. Hasratnya sebagai manusia yang butuh pasangan jadi
terjawab. Allah mengizinkan Adam dan Hawa untuk menikmati apa saja yang ada di
dalam surga, terkecuali pohon Khuldi.
Allah berfirman, “Wahai Adam, tinggallah Engkau dan istrimu di surga ini.
dan makanlah makanan-makanan yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu mendekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim.”
Pohon khuldi adalah pohon pengetahuan hal yang baik dan jahat. Ada maksud
tertentu dari larangan yang Allah berikan pada Adam dan Hawa. Mengetahui
larangan Allah, setan memanfaatkan hal ini untuk menggoda keimanan Adam dan
Hawa. Sesuai dengan tekadnya untuk menggoda manusia sepanjang masa.
Setan kemudian berbisik pada Adam dan Hawa tentang keistimewaan pohon
Khuldi. Kisah ini tertulis di Alquran surat Thaha ayat 120, “Wahai Adam, maukah
aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan
binasa?” demikian iblis membujuk mereka.
Khuldi sendiri merupakan nama pemberian iblis. Iblis menghasut Adam dan
Hawa dengan mengatakan maksud Allah melarang mereka. Bahwa Allah disebutkan
oleh iblis tidak mau membuat Adam dan Hawa kekal. Iblis dengan penuh semangat
merayu mereka untuk memakan buah terlarang.
Adam dan Hawa yang dilengkapi dengan napsu sebagai manusia akhirnya
tergoda. Rayuan iblis berhasil menggoyahkan keimanan mereka dan jadi tidak taat
pada Allah. Ketika Adam dan Hawa memakan buah Khuldi sesuatu yang memalukan
terjadi. Nabi Adam dan Hawa menyadari
kalau tubuh mereka jadi telanjang.
Selain itu, Adam juga merasakan sakit perut yang hebat. Adam baru merasakan
rasa ingin buang hajat, dan ia kebingungan. Surga adalah tempat suci, apa
sepantasnya mengotorinya? Demikian yang ada dalam pikiran Adam. Allah kemudian
menyindirnya atas keinginan tersebut. Sekaligus juga menyindir tentang
ketidaktaatannya.
Surat Al A’raf ayat 22-23 menceritakan kejadian ini. Dalam surat ini Allah
mengingatkan akan larangannya pada Adam. Juga mengingatkan Adam akan
peringatan-Nya tentang kebusukan setan. Adam kemudian memohon ampun dan
bertaubat pada Allah.
Diceritakan Hawa digoda iblis dalam wujudnya yang berupa ular. Namun, tidak
dijelaskan siapa dahulu yang memakan buah terlarang itu. ada yang meyakini Khuldi
adalah pohon apel yang diambil dari bumi. Karena itu Khuldi disebut memiliki
sifat bumi atau tanah, yaitu sifat dasar tanah. Tanah disebut sebagai tempat
yang pantas untuk membuang kotoran.
Buah Khuldi bisa membangkitkan hawa nafsu, dan membuat lupa diri. Allah
melarang Adam memakan buahnya karena bisa membuat dirinya jadi kotor. Kotor
dalam artian napsunya ternoda dan mempengaruhi sifat dasar manusia yang penuh
dengan ketidakpuasan. Bisa dikatakan pohon Khuldi diciptakan sebagai cobaan
bagi Adam dan Hawa. Ujian dari ketaatan seorang hamba pada penciptanya.
Namun terlepas dari itu semua, Allah memang menakdirkan manusia untuk turun
ke bumi dan menjadi pemimpin di tempat itu. Manusia diciptakan bukan dengan
maksud untuk pemimpin di surga. Meskipun Adam dan Hawa telah bertaubat, Allah
tetap memberikan hukuman pada mereka dengan turun ke bumi.
“Turunlah kalian dari surga menuju bumi. Dan kalian akan menjadi musuh satu
sama lain. kalian akan memiliki tempat tinggal di bumi sampai batas waktu
tertentu.” Qs. Al A’raf 24-25
Nabi Adam dan Hawa tidak diturunkan pada tempat yang sama. Nabi Adam
diturunkan di puncak bukit Sri Pada di daerah Srilanka. Sedangkan Hawa
diturunkan di daerah Arab. Mereka berdua bingung dan sedih karena diturunkan
terpisah. Namun, Adam dan Hawa yakin satu sama lainnya akan saling bertemu
lagi.
Lalu setelah 40 hari mereka pun dipertemukan kembali oleh Allah di Jabal
Rahmah. Nabi Adam dan Hawa memulai kehidupan baru sebagai manusia biasa.
Diceritakan mereka diturunkan ke bumi dengan membawa dosa atas ketidaktaatannya
di surga. Disebutkan pula Allah menghukum Adam akan bersusah payah untuk
mencari nafkah.
Hawa dihukum akan merasakan sakit pada saat melahirkan anak-anak. Sedangkan
ular yang menggoda mereka dihukum berjalan dengan perut selamanya di bumi. Dosa
yang pada akhirnya menjadi takdir bagi manusia. Kaum laki-laki dengan kewajiban
menafkahi, dan kaum wanita berkewajiban mengurus anak-anaknya.
Adam dan Hawa kemudian belajar bercocok tanam juga cara bertahan hidup di
bumi. Mereka juga melahirkan anak-anaknya. Allah memperlihatkan kuasanya dengan
memberi mereka anak sepasang-sepasang. Setiap Hawa mengandung pasti melahirkan
anak kembar.
Peristiwa Nabi Adam dan Hawa yang melanggar perintah Allah membuktikan
sesuatu. Bahwa tidak ada yang akan didapat dari ketidaktaatan pada Allah selain
dari keburukan. Hal ini sekaligus menjadi pengingat bagi kita umat manusia di
seluruh muka bumi.
(*)
0 comment:
Posting Komentar