Manusia adalah makhluk Tuhan yang sempurna di antara makhluk lain di bumi. Ada banyak ketidaksepakatan tentang penjelasan tentang penciptaan manusia. Menurut ilmuwan Barat, manusia diturunkan dari kera melalui proses seleksi alam. Hal ini menimbulkan kontroversi bagi beberapa peneliti. Namun, pada dasarnya apa yang tertulis dalam Al-Qur'an lebih mudah diterima secara rasional. Manusia lahir dari setetes air mani yang disimpan dalam rahim wanita, tumbuh menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging, tumbuh menjadi tulang yang tertutup daging, dan ditiupkan roh. Manusia adalah salah satu makhluk cerdas dan memainkan peran yang sangat penting di bumi. Dengan berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi menemukan teori-teori tentang proses penciptaan manusia yang tertulis dalam Al-Qur'an dan Hadits.
Seperti semua spesies
lain di bumi
yang Tuhan ciptakan,
manusia adalah makhluk yang
sempurna. Allah telah memberikan
manusia segala pujian dan kebaikan,
menurut Al-Israah ayat 70. Allah juga memerintahkan manusia untuk menjaga
ciptaan mereka sendiri, termasuk bahan-bahannya, proses yang terjadi di dalam
tubuh mereka selama penciptaan, dan
faktor lainnya. Selama ini pendidikan lebih menekankan pada pembelajaran tentang
penciptaan manusia. Namun fakta sebenarnya dalam
materi ini masih jauh berbeda dengan pandangan Al-Qur'an tentang
penciptaan. Perkuliahan ilmu Biologi
masih menggunakan pemikiran
sekuler yang jauh
dari cita-cita agama
untuk menjelaskan dua asal mula
penciptaan, yaitu embriologi
dan genesis kehidupan, yang menjelaskan fakta evolusi manusia. Sejatinya,
pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk
menciptakan generasi manusia
yang beriman dan
bertakwa. (Subagiya et
al., 2018).
Al-Qur'an sangat memperhatikan manusia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
ayat Al-Qur'an yang menggambarkan atau berbicara
tentang manusia dalam berbagai aspek. Mengajarkan ilmu pengetahuan
yang bersumber dari Al-Qur'an tidak
diragukan lagi memiliki kekuatan untuk menginspirasi umat Islam untuk memilih
gaya hidup yang religius dan saleh
sesuai dengan tujuan
pendidikan negara. Al-Qur'an
merupakan pedoman untuk memudahkan
manusia menafsirkan berbagai
fenomena alam sesuai dengan petunjuk Allah. Oleh karena itu, Al-Qur’an dapat
dijadikan sebagai acuan untuk menjelaskan teori-teori ilmiah seperti biologi
(Yaqin, 2020).
Proses penciptaan manusia sudah saatnya diketahui dengan jelas dan benar
oleh setiap orang terlebih
dalam dunia pendidikan.
Selama ini sejak
awal peserta didik mengenal ilmu
biologi di sekolah,
mereka selalu diajarkan
dengan teori penciptaan manusia yang
berkiblat sekuler, diantaranya
yang sangat popular yaitu
teori Charles Darwin yang
mendasari teorinya tentang asal-usul kejadian
manusia berdasarkan atas proses
evolusi dari spesies
kera atau monyet. Dalam buku
teorinya, On the Origin
of Species, Darwin menyatakan
bahwa teori ini
mendamaikan perubahan spesies
dan evolusi semua spesies. Darwin menggambarkan bagaimana kera dan manusia
memiliki nenek moyang yang mirip. Semua
orang di bumi saat ini telah mengalami evolusi yang stabil (Almahfuz, 2021)
Berkaitan dengan itu maka
dalam dunia pendidikan umumnya
dan pendidikan Islam
khususnya agar dapat
menanamkan nilai-nilai pengetahuan
Islam sejak awal tentang
proses penciptaan manusia
sesuai dalil-dalil yang
termuat dalam al-Qur’an. Peserta didik
tidak boleh terperangkap
dalam pandangan materialisme
dan teori Darwinisme yang
banyak mempengaruhi pola
pikir para ilmuan
barat yang sekuler. Sebagaimana pendapat
Yadi Purwanto yang
mengungkapkan bahwa ilmu-ilmu
Barat, khususnya dalam kajian
psikologi eksistensi manusia
banyak dipengaruhi paham materialisme dan
Darwinisme. Mereka menganggap
manusia seperti sebuah
materi yang dapat dibentuk, diubah dan berkembang sesuai keinginan.
Untuk meneliti perilaku manusia, maka tikus dan kera mereka jadikan
sebagai bahan uji
coba. Insting ataupun nafsu
agresifnya mengendalikan
manusia, dikarenakan perilaku
manusia seperti sifat binatang telah terbentuk sejak awal
(Almahfuz, 2021).
Albina & Aziz (2022)
menyatakan bahwa di dalam Al-Quran Nabi
Adam adalah manusia pertama yang
Allah SWT ciptakan. Tercipta dari tanah basah dan lumpur, inilah yang terjadi
pada semua keturunan Nabi Adam sesudahnya. Tercipta dari saripati tanah yang
digambarkan dalam Kitab Suci sebagai pertemuan sperma pria dan sel telur dalam
rahim wanita, kemudian
dianugerahkan oleh dia
diberi tiupan jiwa
oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril. Hal ini sejalan
dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Hijr/15: 28:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ
“Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya
aku akan menciptakan
seorang manusia dari
tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Ajaran Islam telah begitu jelas dan nyata Allah telah mensinyalir dalam
firman-Nya tentang penciptaan manusia:
الَّذِيْٓ اَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهٗ وَبَدَاَ خَلْقَ الْاِنْسَانِ مِنْ طِيْنٍ
“Yang memperindah segala
sesuatu yang Dia
ciptakan dan yang
memulai penciptaan manusia dari
tanah,” (Q.S. As-Sajdah (32): 7).
Fauzan et al
(2022) Ketika kita
berbicara Al-Qur'an dan
sains, terkhusus di bidang
sains, pertanyaan mengenai
kecocokan antara keduanya
apakah kompatibel atau berlawanan
sering muncul. Einstein,
sebagai seorang ilmuwan
modern, menyampaikan bahwa
pengetahuan sejati adalah pengetahuan yang
dapat membawa seseorang pada
kegembiraan dan kesenangan
jiwa lewat penampakan
alam semesta, perjumpaan
dengan Sang Pencipta,
dan perasaan akan
kehadirannya. Konflik antara sejarah agama
dan sejarah sains
bermula dari kenyataan
bahwa sains dan
agama memiliki subjek penelitian
dan wilayah penelitian
yang berbeda. Al-Qur'an mengarahkan tidak
hanya alam material
(fisik), tetapi juga
alam metafisik, yang
tak dapat ditangkap oleh indera dan yang tidak dapat diperiksa atau
diamati oleh manusia. Dalam telaah kawasan empiris, dibagikan tempat untuk
memeriksa dan membuktikan (Q.S Al-Ankabut
(29):20). Tetapi pada
tataran non empiris
(metafisik), tidak boleh mengingkari "tidak ada" atas
nama ilmuwan. Karena dalam bidang kajian
ini Al-Qur'an menegaskan bahwa pengetahuan
manusia itu terbatas
(Q.S al-Isra’(17):85), maka diperlukan keimanan.
Perseteruan antar agama dan ilmu pengetahuan (sains) ialah rumor klasik
yang tengah meruak
di dunia Barat
pada bentuk duniawi.
Namun, Islam tidak
pernah mendekati subjek sains pada sudut pandang ini. Al-Qur'an dan
As-Sunnah memberikan sistem yang kompleks
dan sempurna yang
meliputi semua arah
kesibukan manusia, termasuk kegiatan
keilmuan dan penelitian. Sebab itu, aktivitas akademis ialah bagian
lengkap dari seluruh sistim
Islam, dengan setiap
bagian berkontribusi satu
sama lain (Wahid, 2020)
Al-Qur'an berbicara lengkap mengenai manusia dan misteri kehidupan manusia
dalam segala aspek
yang mempengaruhinya. Seperti,
penciptaaan manusia, psikologi manusia, makna hidup manusia dan
lainnya (Yulizar, 2019). Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji
perbedaan proses kreatif
manusia dari dimensi
al-Qur'an dan ilmu pengetahuan.
0 komentar:
Posting Komentar