Selasa, 22 April 2025

Tarekat: Pengertian, Sejarah, dan Aliran-alirannya

Silahkan bagikan :
۞ Ψ§Ω„Ψ³َّΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω„Ψ§َΩ…ُ ΨΉَΩ„َيْΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€ΩƒُΩ…ْ وَΨ±َΨ­ْΩ…َΩ€Ω€Ψ©ُ Ψ§Ω„Ω„Ω€Ω€Ω€Ω€Ω‡ِ وَΨ¨َΨ±َΩƒَΨ§ΨͺُΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω‡ُ ۞
۞ Ψ¨Ψ³Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω… Ψ§Ω„Ω„ّΩ€Ω€Ω€Ω‡ Ψ§Ω„Ψ±ّΨ­Ω…ٰΩ† Ψ§Ω„Ψ±ّΨ­ΩŠΩ€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω€Ω… ۞
-----------------------------------------------------------------------

 


Dalam perjalanan spiritual Islam, tarekat memainkan peran penting sebagai jalur untuk mencapai kedekatan dengan Allah melalui latihan spiritual dan disiplin diri.

Konsep tarekat sering kali dikaitkan dengan praktik tasawuf, yang berfokus pada pembersihan hati dan penyucian jiwa.

Namun, banyak yang belum sepenuhnya memahami apa itu tarekat, bagaimana sejarah perkembangannya, dan berbagai aliran yang ada dalam tarekat.

Artikel ini akan membawa Anda untuk lebih mendalami pengertian tarekat, asal-usul sejarahnya, serta berbagai aliran tarekat yang muncul seiring dengan perkembangan zaman.

 

Pengertian Tarekat

Tarekat, dalam terminologi Islam, berasal dari kata Arab “thariqah” yang berarti jalan, metode, atau cara. Secara terminologis, tarekat merujuk pada jalan spiritual yang ditempuh individu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui praktik tasawuf. Berbagai ulama telah memberikan definisi mengenai tarekat, antara lain:

Aboebakar Atjeh: Tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, serta dilaksanakan oleh sahabat dan tabi’in secara turun-temurun hingga kepada para guru secara berantai.

Al-Taftazani: Tarekat diartikan sebagai sekumpulan sufi yang berkumpul dengan seorang syaikh tertentu, tunduk pada aturan-aturan terperinci dalam tindakan spiritual, hidup secara berkelompok di ruang-ruang peribadatan, atau berkumpul dalam momen-momen tertentu, serta membentuk majelis-majelis ilmu dan zikir secara terorganisir.

Harun Nasution: Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah SWT.

Nurcholish Madjid: Tarekat adalah jalan menuju Allah guna mendapatkan ridha-Nya dengan menaati ajaran-ajaran-Nya.

Al-Syaikh Muhammad Amin al-Kudry: Tarekat diartikan sebagai: pertama, mengamalkan syariat dengan tekun dan menjauhkan diri dari sikap yang mempermudah hal yang seharusnya tidak boleh dipermudah; kedua, menjauhi larangan dan melaksanakan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupan, baik yang nyata maupun batin.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tarekat memiliki dua pengertian utama:

Tarekat sebagai pendidikan kerohanian: Proses yang dilakukan individu dalam menjalani kehidupan tasawuf untuk mencapai tingkat kerohanian tertentu.

Tarekat sebagai organisasi: Perkumpulan yang didirikan berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh seorang syaikh yang menganut aliran tarekat tertentu.

Dalam praktiknya, tarekat melibatkan ajaran tasawuf yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tasawuf adalah usaha spiritual untuk mencapai kedekatan dengan Allah, sementara tarekat adalah metode atau jalan yang ditempuh dalam usaha tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tarekat merupakan manifestasi praktis dari tasawuf yang berkembang dengan variasi tertentu sesuai dengan bimbingan seorang guru kepada muridnya.

 

Struktur Tarekat

Struktur dalam pelaksanaan tarekat meliputi:

 

Mursyid: Guru atau pembimbing spiritual yang memberikan petunjuk (irsyad) kepada murid.

Mu’allim: Guru yang memberikan ilmu atau mengurus suatu pengajian.

Muaddib: Guru yang mengajarkan adab atau moral.

Ustadz: Sebutan umum untuk seorang guru.

Nussak: Individu yang melaksanakan segala amal dan perintah agama.

Ubbad: Orang yang ahli dan ikhlas dalam melaksanakan ibadah.

Imam: Pemimpin dalam ibadah dan juga dalam suatu aliran keyakinan.

Sadah: Penghulu atau gelar kehormatan yang diberikan kepada seorang guru.

Salik: Murid atau individu yang menempuh jalan spiritual dalam tarekat.

Sebelum memulai perjalanan spiritual (suluk), seorang salik biasanya melalui proses talqin, yaitu pengajaran dan peringatan yang diberikan oleh mursyid, serta bai’ah, yaitu perjanjian kesetiaan untuk mengamalkan ajaran yang diberikan oleh mursyid. Penting bagi anggota tarekat untuk mengetahui silsilah atau hubungan guru-guru mereka yang tersambung hingga Nabi Muhammad SAW.

 

Istilah-istilah dalam Tarekat

Tarekat juga memiliki istilah-istilah khusus, antara lain:

 

Syariat: Peraturan atau amalan lahiriah seperti shalat dan puasa.

Hakikat: Aspek batiniah yang merupakan esensi dari syariat.

Ma’rifat: Pengetahuan atau pengalaman spiritual dalam mengamalkan syariat dan hakikat.

Suluk: Usaha menempuh jalan spiritual untuk mencapai tujuan tarekat.

Manazil: Tahapan yang dilalui salik dalam suluk, termasuk:

Masyahid: Hal-hal yang terlihat selama perjalanan spiritual.

Maqamat: Derajat yang diperoleh melalui usaha sendiri.

Kasbiyah: Derajat yang diperoleh semata-mata sebagai anugerah Allah, disebut juga “al-ahwal”.

Zawiyah: Tempat khusus untuk mendidik calon sufi.

As-Sukr: Keadaan dalam ibadah di mana seseorang tidak sadar akan dirinya sendiri.

Al-Fana: Lupa segala sesuatu kecuali Allah saat beribadah.

Uslah: Praktik mengasingkan diri dari keramaian untuk menjauhi maksiat.

Khalwat: Menyendiri di tempat sunyi sebagai bagian dari suluk.

Kasyaf: Terbukanya dinding antara hamba dengan Tuhan dalam tarekat.

Khirkah: Ijazah atau pengakuan yang diberikan kepada murid setelah mencapai tahap tertentu dalam pengetahuan spiritual.

Wali: Seseorang yang telah mencapai tingkat kesucian tinggi setelah melalui suluk, dengan kelebihan tertentu sebagai bukti kewaliannya.

Keramat: Keistimewaan yang dimiliki oleh seorang wali.

Pembagian Tarekat

Tarekat dibagi menjadi dua jenis:

 

Tarekat dibagi menjadi dua kategori utama: Tarekat Wajib dan Tarekat Sunah.

 

1. Tarekat Wajib

 

Tarekat Wajib mencakup amalan-amalan yang diwajibkan bagi setiap Muslim, baik fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah. Amalan-amalan ini telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui Al-Qur’an dan Hadis, dan merupakan fondasi dasar dalam praktik keagamaan Islam. Contoh utama dari Tarekat Wajib meliputi:

 

Shalat Lima Waktu: Kewajiban melaksanakan shalat pada waktu-waktu yang telah ditentukan.

Puasa Ramadan: Menahan diri dari makan, minum, dan perbuatan yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari selama bulan Ramadan.

Zakat: Mengeluarkan sebagian harta untuk diberikan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan syariat.

Haji: Melaksanakan ibadah haji ke Baitullah bagi yang mampu, setidaknya sekali seumur hidup.

Selain itu, Tarekat Wajib juga mencakup kewajiban lain seperti menutup aurat, mengonsumsi makanan halal, dan menjauhi perbuatan haram. Pelaksanaan Tarekat Wajib merupakan dasar yang harus dipenuhi sebelum seseorang melangkah ke tingkat spiritual yang lebih tinggi.

 

2. Tarekat Sunah

 

Tarekat Sunah terdiri dari amalan-amalan sunah dan mubah yang diarahkan sesuai dengan lima syarat ibadah untuk membentuk pribadi yang bertakwa. Amalan-amalan ini disusun oleh seorang guru mursyid dan diberikan kepada murid-murid serta pengikutnya untuk diamalkan. Isi dari Tarekat Sunah tidak tetap dan dapat disesuaikan dengan kondisi zaman serta keadaan murid atau pengikut. Contoh amalan dalam Tarekat Sunah antara lain:

 

Shalat Sunah: Seperti shalat tahajud, dhuha, dan rawatib.

Membaca Al-Qur’an: Tilawah rutin di luar kewajiban harian.

Puasa Sunah: Seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Ayyamul Bidh.

Wirid dan Zikir: Mengingat Allah melalui bacaan-bacaan tertentu.

Sedekah: Memberikan sebagian harta di luar kewajiban zakat.

Penting untuk dicatat bahwa sebelum mengamalkan Tarekat Sunah, seseorang harus terlebih dahulu konsisten dalam melaksanakan Tarekat Wajib. Hal ini memastikan bahwa fondasi keimanan dan praktik ibadah dasar telah kuat sebelum menambahkan amalan-amalan tambahan.

 

Peran Mursyid dalam Tarekat

Dalam tradisi tarekat (jalan spiritual dalam Islam), mursyid memiliki peran yang sangat penting sebagai pembimbing utama bagi para murid (salik) dalam perjalanan mereka menuju kesucian dan kedekatan dengan Allah. Mursyid, yang sering dianggap sebagai penerus ilmu spiritual Rasulullah, bertanggung jawab untuk membimbing salik melalui tahapan-tahapan perjalanan rohani yang penuh tantangan, dengan tujuan akhir mencapai ma’rifah (pengetahuan langsung tentang Allah). Berikut adalah beberapa aspek peran mursyid dalam tarekat:

 

1. Sebagai Pembimbing Spiritual

Mursyid adalah seorang guru spiritual yang memiliki kewenangan untuk membimbing salik dalam berbagai aspek kehidupan rohani. Sebagai wali Allah yang telah mencapai maqam (tingkatan spiritual) tinggi, mursyid dapat menunjukkan jalan yang benar dan memberikan petunjuk yang tepat kepada muridnya. Mursyid berfungsi sebagai pemandu, mengajarkan nilai-nilai spiritual dan memberikan bimbingan langsung dalam menjalankan amalan-amalan tarekat seperti dzikir, kontemplasi, dan meditasi.

 

2. Pembersihan Diri (Tadzkiyah)

Salah satu peran utama mursyid adalah membimbing salik dalam proses pembersihan jiwa (tadzkiyah al-nafs). Proses ini melibatkan pembersihan hati dari sifat-sifat buruk seperti kesombongan, iri hati, dan cinta dunia, yang menghalangi seseorang untuk mencapai kedekatan dengan Allah. Mursyid mengajarkan teknik-teknik spiritual untuk membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui amalan dzikir dan latihan spiritual lainnya.

 

3. Menuntun dalam Menghadapi Rintangan Spiritual

Jalan menuju Allah tidaklah mudah, dan banyak rintangan serta godaan yang bisa menghalangi perjalanan spiritual seseorang. Dalam hal ini, mursyid berfungsi sebagai pemandu jalan, membantu salik menghindari bahaya dan kesalahan yang dapat menyesatkan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin Rumi, “Barangsiapa yang berjalan tanpa pemandu, ia memerlukan dua ratus tahun untuk perjalanan dua hari.” Hal ini menggambarkan betapa pentingnya keberadaan seorang mursyid dalam perjalanan spiritual.

 

4. Membentuk Karakter dan Kepribadian

Selain tugasnya dalam membimbing secara spiritual, mursyid juga berperan dalam pembentukan karakter murid. Mereka memberikan contoh teladan dalam hidup yang sederhana dan penuh ketakwaan, serta mendidik murid-muridnya untuk mengatasi hawa nafsu dan meningkatkan kualitas moral. Proses ini melibatkan pembelajaran tentang kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan dalam segala aspek kehidupan.

 

5. Menghubungkan Salik dengan Allah

Melalui bimbingannya, mursyid bertugas untuk menghubungkan salik dengan Allah, membantu mereka mencapai tingkat ma’rifah (pengetahuan hakiki tentang Allah). Mursyid memiliki ilmu yang lebih mendalam tentang hakikat spiritual, yang membuatnya mampu mengarahkan salik untuk mengenal Allah dengan cara yang lebih dekat dan langsung.

 

6. Pentingnya Legitimasi dan Sanad

Mursyid yang sah dan diakui memiliki sanad (rantai pengajaran yang bersambung kepada Rasulullah SAW). Tanpa sanad yang sah, ajaran yang diberikan oleh seorang mursyid bisa terputus, yang berpotensi menyesatkan murid-muridnya. Oleh karena itu, sanad yang sah sangat penting dalam tarekat untuk memastikan bahwa bimbingan yang diberikan benar-benar sesuai dengan ajaran Islam yang autentik.

 

Sejarah dan Perkembangan Tarekat

Bani Umayyah

Perubahan sosio-ekonomi dan politik dalam pemerintahan Bani Umayyah pada abad ke-3 dan ke-4 adalah titik tolak pelancaran suatu aliran zuhud dan mengutamakan pembinaan ruhani dalam islam oleh ulama-ulama setempat. Sebenarnya aliran itu, tidak berniat untuk mengemukakan sesuatu yang baru atau di luar lingkungan agama islam. Mereka sebenarnya miris dengan perpecahan umat yang terjadi ketika itu dan merindukan suasana kehidupan yang murni seperti zaman Rasulullah SAW.

 

Bani Abbasiyah

Pada akhir era pemerintahan Bani Umayyah, para zuhud tampil ke depan terutama di Basrah dan Kufah. Di sanalah Hasan al-basri dikenal sebagai penggerak sufi yang terulung. Pada masa pemerintahan Abbasiyah bangkitlah golongan-golongan sufi yang menggerakkan konsep-konsep keruhanian. Pada zaman inilah sufi mulai berkembang dari berlaku zuhud ke peringkat ma’rifat yang lebih dalam.

 

Ahli sejarah menetapkan Syeikh Ma’ruf al-Karkhi sebagai ulama sufi yang mengenalkan aliran zuhud dan ma’rifat. Konsep sufi ini diteruskan oleh Abu Sulaiman ad-Darani dan Dzunun al-Misri. Dan menurut Kamil Musthafa Asy-syibi dalam tasisnya mengungkapkan tokoh pertama yang memperkenalkan sistem tarekat adalah Syaih Abdul Qadir al-Zailani ( 561 M-1166 H ) di Bagdag dengan tarekat Qadiriyah, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i di Mesir dengan tarekat Rifa’iyyah, dan Jalaluddin ar-Rumi (672 H-1273 M) di Parsi dengan tarekat Maulawiyah.

 

 Kemunculan Imam Al-Ghazali juga menguatkan dan mendukung usaha pemikir-pemikir sufi. Beliau menerapkan ilmu tasawuf dalam pemikiran dasar ilmu tafsir dan selanjutnya menguatkan pengalamannya dalam tarekat.

 

Menurut ahli sejarah, tarekat berkembang dari dua daerah yaitu, Khusaran ( Iran ) dan Mesopotamia ( Irak ) pada periode  ini mulai timbul beberapa diantara tarekat Yasafiyah yang didirikan oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani.

 

Berikut beberapa nama sufi lain yang hidup dalam masa dinasti Abbasiyah :

 

Sufyan As-Sauri (97-161 H/716-778 M)

Abu Hasyim (w. 190 H)

Rabi’ah al-Adawiyah (w. 185 H/801 M)

Junaidi al-Baghdadi

Abu Yazid al-Bustami (w. 874 M)

Shabuddin Sahrawardi

Al-Qusyairi

Pergerakan tarekat beredar luas pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah telah menarik pengikut yang mempunyai latar belakang berbeda. Di masa Al-Ghazali, pada abad ke 6 dan 7 tarekat mencapai ekspresi yang lebih sistematik sebagai alat penyampaian sufi dan dengan ajaran sufistiknya yang berpegang pada kitab Allah dan sunnah Rasulullah. Dua faktor yang berpengaruh dalam perkembangan tarekat adalah para syeikh tarekat dan pengikutnya.

 

Aliran Tarekat

Dibawah ini, beberapaaliran-aliran tarekat yang berkembang dalam agama islam :

 

Tarekat Qadiriyah

Qadiriyah didirikan oleh Abdul Qadir Zailani [470 H /1077 M-561 H /1166 M] atau quthb al-awiya. Ciri khas dari Tarekat Qadiriyah ini adalah sifatnya yang luwes,tidak sempit sehingga tuan syaikh atau Syaikh Mursyid yang baru dapat menentukan langkahnya menuju kehadirat Allah SWT guna mendapat keridlaan-Nya. Keluwesan dan kemandirian inilah, yang menyebabkan tarekat ini cepat berkembang di sebagian besar dunia Islam.Terutama di Turki, Yaman, Mesir, India, Suria, Afrika dan termasuk ke Indonesia.

 

Syadziliyah

Tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu Al-Hasan asy-Syadzili [593 H /1196 M-656 H /1258 M].Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar Dunia Muslim.Seperti, Afrika Utara termasuk Mesir.

 

Tarekat Naqsabandiyah

Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin an-Naqsabandi al-Awisi al-Bukhari [w.1389M] di Turkistan. Tarekat ini mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Ciri menonjol tarekat Naqsabandiyah adalah : Pertama, mengikuti syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati negara pada agama.

 

Tarekat Yasafiyah

Tarekat Yasafiyah didirikan oleh Ahmad al-Yasafi [w. 562H/1169M] Tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami [w. 425 H/1034 M].Setelah wafatnya Ahmad al-Yasafi kepemimpinan dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi [w. 477 H/1084 M].Tarekat Yasafiyah berkembang ke berbagai daerah, antara lain ke Turki.

 

Tarekat Khalwatiyah

Tarekat ini didirikan oleh Umar al-Khalatawi [w. 1397 M] dan merupakan salah satu tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman.Di Mesir, tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini [w. 940 H/1534 M] yang kemudian terbagi kepada beberapa cabang, antara lain tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Muhammad bin Abd al-Karim as-Samani [1718-1775].

 

Tarekat Syatariyah

Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar [w. 1485 M] dari India.

 

Tarekat Rifa’iyah

Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa’i  [1106-1182 M]. Tarekat sufi Sunni ini memainkan peranan penting dalam pelembagaan sufisme. Dari segala praktik kaum Rifa’iyah, dzikir mereka yang khas selalu dilakukan disertai tabuhan gendang.

 

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah

Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadiriyah dan Naqsabandiyah.Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19.Tarekat ini merupakan yang paling berpengaruh dan tersebar secara meluas di Jawa saat ini.

 

Tarekat Sammaniyah

Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abdal-Karim al-Madani asy-Syafi’i as- Samman [1130-1189 H /1718-1775 M]. Hal menarik dari tarekat ini yang menjadi ciri khasnya adalah corak wahdat al-wujud.

 

Tarekat Tijaniyah

Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad at-Tijani [1150-1230 H/1737-1815 M]. Bentuk amalan tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis,yaitu wirid wajibah dan wirid ikhtiyariyah.

 

Tarekat Chistiyah

Chistiyah adalah salah satu tarekat sufi utama di Asia Selatan. Tarekat ini meyebar ke seluruh kawasan yang kini merupakan wilayah India, Pakista dan Banglades. Namun, tarekat ini hanya terkenal di India. Pendiri tarekat ini di India adalah Khwajah Mu’ in Ad-Din Hasan, yang lebih populer dengan panggilan Mu’ in Ad-Din Chisti.

 

Tarekat Mawlawiyah

Nama Mawlawiyah berasal dari kata “mawlana” [guru kami],yaitu gelar yang diberikan murid-muridnya kepada Muhammad Jalal Ad-Din Ar-Rumi [w. 1273 M].Oleh karena itu, Rumi adalah pendiri tarekat ini, yang didirikan sekitar 15 tahun terakhir hidup Rumi.Salah satu mursyid sekaligus wakil yang terkenal secara internasional dari tarekat ini adalah Syaikh al-Kabir Helminski yang bermarkas di California, Amerika Serikat. Tarekat Mawlawiyah ini mempunyai ciri khas tarian yaitu tarian darwis, yang dilakukan dalam keadaan tidak sadar agar dapat bersatu dengan Tuhan.

 

Tarekat Ni’matullahi

Tarekat Ni’matullahi adalah suatu mazhab sufi Persia yang segera setelah berdirinya dan mulai berjaya pada abad ke-8 sampai abad ke-14. Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ni’matullahi Wal. Tarekat ini secara khusus menekankan pengabdian dalam pondok sufi itu sendiri.

 

Tarekat Sanusiyah

Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Muhammad bin Alias-Sanusi. Dalam tarekat ini, dzikir bisa dilakukan bersama-sama atau sendirian. Tujuan dzikir itu lebih dimaksudkan untuk “melihat nabi” ketimbang “melihat tuhan”, sehingga tidak dikenal “keadaan ekstatis”  sebagaimana yang ada pada tarekat lain.



Sumber : DISINI


۞ Ψ§Ω„Ψ­Ω…Ψ― Ω„Ω„Ω‡ Ψ±Ψ¨ّ Ψ§Ω„ΨΉٰΩ„Ω…ΩŠΩ† ۞

-----------------------------------------------------------------------

0 comment:

Posting Komentar

۞ PETA LOKASI Rumahku ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞