Apa Itu Pamali?
Secara umum, pamali bisa
didefinisikan sebagai beberapa bentuk pantangan yang mesti dipatuhi oleh setiap
masyarakat. Jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pamali atau
pemali sendiri memiliki makna, "pantangan; larangan (berdasarkan adat dan
kebiasaan)."
Dilansir dari artikel Muhammad
Faiq Dhiya'ulhaq, dkk. "Kepercayaan Pamali dalam Konteks Tindakan Sosial:
Studi Living Hadis di Desa Singarajan Kecamatan Pontang" yang terbit di
jurnal Hamalatul Qur'an, pamali berfungsi sebagai sebuah konsep agar seseorang
tidak melakukan sebuah tindakan yang dilanggar dalam pantangan tersebut. Dengan
demikian, keamanan dalam kehidupan masyarakat tetap bisa terjaga baik nantinya.
Sebagai salah satu bentuk
kearifan lokal, keberadaan pamali ini diwariskan secara turun temurun dari
generasi terdahulu. Umumnya keberadaan pamali ini tetap terus terjaga lewat
tradisi lisan yang berkembang di tengah masyarakat.
Tidak diketahui secara pasti
kapan pertama kali keberadaan pamali ini ditemukan di tengah masyarakat. Namun
hampir bisa dipastikan setiap suku yang ada di Indonesia memiliki tradisi
pamali ini yang diterapkan di tengah masyarakat.
Istilah pamali juga dikenal
dengan berbagai nama berbeda di beberapa daerah. Misalnya pamali dikenal dengan
nama "Pali" di Suku Dayak Ngaju, "Ora Elok" di masyarakat
Jawa, dan penyebutan istilah lainnya.
Meskipun memiliki penyebutan yang
berbeda-beda, maksud dari tradisi dari berbagai daerah tersebut tetap sama
dengan penerapan pamali.
Contoh Pamali di Masyarakat
Lalu apa saja contoh pamali yang
ada di tengah masyarakat? Berikut beberapa contoh pamali yang bisa Kawan jumpai
di tengah masyarakat.
1. "Jangan menyapu malam
hari."
2. "Anak perawan gak boleh
duduk depan pintu."
3. "Jangan duduk di bantal,
nanti bisulan."
4. "Jangan foto bertiga,
nanti yang tengah meninggal."
5. "Jangan buang nasi, nanti
nasinya nangis."
Dampak jika Dilanggar
Dari beberapa contoh di atas bisa
Kawan lihat bahwa ada dampak yang dihasilkan jika larangan pamali jika
dilakukan oleh seseorang. Misalnya pamali yang melarang foto bertiga agar yang
berdiri di tengah meninggal dunia.
Biasanya dampak yang dihasilkan
jika melanggar pamali akan berakibat buruk bagi pelakunya. Namun jika dilihat
lebih jauh, keberadaan pamali ini sebenarnya tidak hanya memberikan dampak
buruk saja.
Adanya pamali juga bisa menjaga
kearifan lokal yang ada di tengah masyarakat. Dinda Vinata, dkk. dalam artikel
"Peran Pamali dalam Mempertahankan Adat Jawa di Era Modern" yang
terbit di jurnal Rekayasa menjelaskan bahwa pamali bisa mengatur perilaku
seseorang di tengah masyarakat.
Sebab penerapan pamali ini
biasanya berkaitan dengan norma sosial yang meliputi etika dan tata krama yang
mesti dipatuhi di tengah masyarakat. Dengan demikian, keberadaan pamali secara
tidak langsung juga bisa menjaga kelestarian kearifan lokal yang mengatur
perilaku manusia tersebut.
0 comment:
Posting Komentar