Dunia dalam Cengkeraman Algoritma
Fitnah dan Bayang-Bayang Anak Dajjal.
Oleh : SADRI Datupamusu
Dunia hari ini bukan lagi dunia
yang dahulu. Ia tak lagi diatur oleh suara hati nurani atau keadilan yang
sejati. Ia kini tunduk pada satu kuasa tak kasat mata "algoritma
fitnah" halus seperti bisikan, namun mematikan seperti racun yang merayap
perlahan di pembuluh nadi peradaban.
Fitnah hari ini bukan lagi
teriakan, tapi disusupkan lewat citra dan kata, dibungkus dengan estetika, lalu
disebar dengan satu klik. Kebenaran tak lagi penting. Yang utama adalah narasi
yang viral. Yang lebih keras berbicara, itulah yang dipercaya. Di sinilah
panggung itu dibuka "Dajjal belum datang, tapi anak-anaknya sudah
berlarian di antara kita".
Siapakah mereka?
Mereka bukan bertanduk atau
bermata satu. Mereka tampil manis, penuh senyum, membalut kebusukan dengan
kehalusan kata-kata. Mereka ahli memutar balik fakta, pandai membuat yang salah
tampak benar, dan yang benar dituduh keji. Mereka "play victim"
berpura-pura jadi korban, agar dapat menancapkan belati di punggung yang
lengah.
Mereka adalah tukang fitnah zaman
kini. Mereka duduk di balik layar, memegang kendali atas opini publik. Mereka
menciptakan tokoh jahat dan pahlawan palsu, hanya berdasarkan apa yang
menguntungkan narasi mereka. Mereka tidak butuh senjata, hanya cukup dengan
unggahan, tagar, dan framing.
Fitnah yang mereka bawa bukan
sekadar kesalahan informasi. Itu adalah alat perang. Senjata untuk
menghancurkan reputasi, memecah belah umat, meruntuhkan kepercayaan satu sama
lain. Ini bukan sekadar konflik antarindividu, tapi bagian dari rancangan besar
"fitnah besar" panggung besar Dajjal.
Sebelum Dajjal menampakkan
dirinya di dunia nyata, fitnahnya telah membajak jiwa-jiwa yang lemah iman.
Anak-anak Dajjal telah menanam benih, menumbuhkan kebohongan yang dirawat oleh
algoritma, dan disiram dengan komentar kebencian.
Maka, siapa yang mampu bertahan?
Hanya mereka yang menjaga hati
dengan zikir dan akal dengan ilmu. Yang tidak mudah terombang-ambing oleh
gelombang hoaks. Yang tetap berdiri meski diterjang badai tuduhan. Karena di
akhir zaman ini, menjaga kebenaran bagaikan menggenggam bara api panas,
menyakitkan, namun satu-satunya jalan untuk tidak ikut terbakar dalam neraka
fitnah.
Dunia kini bukan hanya medan
ujian, ia adalah ladang pertempuran spiritual. Dan mereka yang menyadari, akan
terus berjaga bukan dari senjata, tapi dari bisikan algoritma dan anak-anak
Dajjal yang bermain peran di panggung kepalsuan.
0 comment:
Posting Komentar